Selasa, 23 September 2025

Literasi Keuangan Keluarga: Bersyukur dan Hidup Sederhana, Kunci Rukun Pasangan Muda di Kalimanah

PAI KUA Kalimanah, Imam Edi Siswanto saat melakukan penyuluhan Literasi Keuangan Keluarga di Desa Kalimanah Wetan, Senin (22/9/2025) kemarin. (Foto: Imam Edi Siswanto)

Purbalingga-Mensyukuri nikmat yang ada dan begaya hidup sederhana mengantarkan hidup kita merasakan kedamaian dan ketenteraman.

Demikian yang diungkapkan oleh Ernawati, istri dari Adi Cahyono di kediamannya Desa Kalimanah Wetan saat kunjungan kegiatan Literasi Keuangan Keluarga (LKK) oleh Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kalimanah, Imam Edi Siswanto, Senin (22/9/2025) kemarin.

BACA: 
2. https://iparipurbalingga.blogspot.com/search/label/Literasi%20Keuangan%20Keluarga

Ernawati mengakui bahwa dalam hal keuangan, ia dan suaminya kerap menghadapi tantangan. Pemasukan yang tidak menentu sering kali tidak sebanding dengan kebutuhan keluarga sehari-hari. Namun, ia tetap berusaha bersyukur atas rezeki yang diterima.

“Memang terasa berat. Untuk membeli susu anak saja bisa habis sampai Rp 500 ribu per bulan,” ungkap ibu satu anak ini sambil tersenyum.

PAI KUA Kalimanah, Imam Edi Siswanto ditemani Jumari saat melakukan penyuluhan Literasi Keuangan Keluarga pada ernawati, Ibu rumah tangga warga Desa Kalimanah Wetan, Senin (22/9/2025) kemarin. (Foto: Imam Edi Siswanto)

Suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan memiliki penghasilan yang tidak tetap, berkisar antara Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta per bulan. Sementara itu, kebutuhan rumah tangga mereka bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp1,5 juta setiap bulannya.

Meski demikian, pasangan ini tetap berusaha menjalani hidup dengan sederhana. Mereka juga berupaya menabung, meskipun hasilnya belum signifikan.

“Alhamdulillah kami tidak memiliki hutang dan kami sudah berusaha menabung, tapi belum terkumpul banyak, uangnya sudah terpakai lagi karena kebutuhan,” tambahnya.

Ernawati menekankan bahwa dirinya dan suami selalu berupaya memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Mereka membedakan dengan jelas antara kebutuhan dan keinginan.

Meskipun usia pernikahan mereka baru dua tahun, Ernawati menyebut bahwa komunikasi dan musyawarah menjadi kunci dalam menghadapi berbagai persoalan rumah tangga.

“Kalau ada sesuatu yang penting, kami selalu bermusyawarah,” ujar ibu rumah tangga lulusan SLTP ini.

Dalam hal perencanaan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang, ia mengakui masih sangat sederhana dan belum terbiasa melakukan pencatatan secara rutin.

Dalam kunjungannya, Imam Edi Siswanto memberikan arahan agar Ernawati dan keluarga tetap istiqamah menjalani hidup dengan penuh syukur dan kesederhanaan. Ia menekankan bahwa prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam dan teladan Rasulullah SAW.

“Menabung itu tidak harus menunggu punya uang banyak. Mulailah dari yang kecil, yang sedikit, tapi dilakukan secara rutin,” pesan Imam Edi.

Ia juga mengingatkan pentingnya membiasakan perencanaan keuangan, serta mendorong adanya usaha untuk memiliki tabungan atau bahkan investasi, sekecil apapun nilainya. Menghindari hutang kepada bank plecit, pinjaman online dan tidak terjebak judi online.

Lebih jauh, ia mengajak keluarga untuk terus menerapkan nilai-nilai syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan kesabaran dan sholat, insyaAllah rumah tangga yang sakinah dan sejahtera dapat terwujud.

Sebagai informasi, program Literasi Keuangan Keluarga adalah program Bimas Islam Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Purbalingga. (*)

Pewarta/Editor: Imam Edi siswanto

Selasa, 16 September 2025

Madrasah Berasrama: Selama 40 Hari, PAI KUA Kalimanah Bersama MI Maarif NU Blater Siapkan Generasi Berkarakter

Mewakili Kepala KUA Kalimanah, Amin Muakhor saat di acara pembukaan Madrasah Berasrama MI Ma’arif NU Blater di MI Maarif Blater, Senin (15/9/2025). (Foto: Zam)

Purbalingga-Dalam upaya mencetak generasi muda yang berakhlak mulia dan berkarakter Islami, MI Ma’arif NU Blater kembali menyelenggarakan program unggulan tahunan Madrasah Berasrama selama 40 hari kedepan.

Kegiatan yang telah memasuki tahun kelima ini resmi dimulai pada Senin (16/9/2025) dan akan berlangsung selama 40 hari ke depan.

Mewakili Kepala KUA Kalimanah, Amin Muakhor saat acara pembukaan pada Senin (15/9/2025) menyampaikan apresiasinya terhadap program ini.

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/2025/08/camat-pengawas-dan-penyuluh-agama-islam.html

Kepala MI Maarif NU Blater, Ani Mintorowati di acara pembukaan Madrasah Berasrama MI Ma’arif NU Blater di MI Maarif Blater, Senin (15/9/2025). (Foto: Zam)

Dalam sambutan pembukaan. Ia menegaskan bahwa Madrasah Berasrama merupakan bentuk ikhtiar nyata dalam mendidik generasi muda agar tumbuh dengan nilai-nilai keislaman yang kuat.

“Kami menyambut baik kerja sama ini. Madrasah Berasrama adalah media pendidikan karakter yang sangat efektif untuk membentuk akhlak mulia pada anak-anak,” ungkap Amin Muakhor.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga dapat menjadi sarana awal bagi para siswa untuk mengenal dunia pesantren sebelum benar-benar memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren di masa mendatang.

Senada dengan hal tersebut, Kepala MI Ma’arif NU Blater, Ani Mintorowati menjelaskan bahwa program ini merupakan inovasi yang telah menjadi tradisi tahunan sekolah.

Ia menyampaikan harapannya agar Madrasah Berasrama tahun ini bisa semakin memperkuat karakter santri dan menjadi program unggulan sekolah.

“Ini adalah tahun kelima kami menyelenggarakan Madrasah Berasrama. Semoga program ini terus menjadi bagian dari upaya mencetak generasi santri yang tidak hanya cerdas, tapi juga berakhlak dan sukses di masa depan,” ujarnya.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari setelah jam pelajaran reguler berakhir. Para siswa akan mengikuti pendidikan keagamaan intensif selama 40 hari ke depan dengan bimbingan langsung dari para Penyuluh Agama Islam (PAI) KUA Kalimanah.

Pujianto, salah satu Penyuluh Agama Islam dari KUA Kalimanah, menjelaskan bahwa pihaknya akan menjadi narasumber selama pelaksanaan program berlangsung.

“Setiap hari Senin hingga Jumat, pukul 14.00–15.00 WIB, tim PAI KUA Kalimanah akan memberikan materi Aqidah Akhlak dan Bahasa Arab secara bergiliran,” terangnya.

Adapun tim PAI yang terlibat dalam program ini terdiri dari Imam Edi Siswanto, Azizah Dwi Purba, Pujianto, M. Agus Zaenal Abidin, Mughofar, serta Zamroni Irham.

Dengan semangat kolaborasi dan komitmen tinggi dari berbagai pihak, Madrasah Berasrama diharapkan mampu menjadi wadah pembentukan karakter Islami yang kokoh sejak usia dini, menjadi fondasi penting bagi masa depan generasi penerus bangsa.(*)

Kontributor: Zamroni Irham
Editor: Imam Edi Siswnto

Rabu, 10 September 2025

#6 Kajian Kitab Nashoihul Ibad: Arah Hidup Kita, Surga atau Neraka?

Kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 6 KUA Kalimanah Purbalingga, membahas tentang Arah Hidup Kita, Surga atau Neraka dari Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (10/9/2025). (Foto: Azizah Dwi Purba)

Purbalingga-Kajian rutin Rabu pagi KUA Kalimanah yang singkat namun cukup mendalam ini dihantarkan oleh PAI KUA Kalimanah Pujianto dan
makna dan kandungan (Sarah atau penjelasan) oleh Amin Muakhor, Rabu (10/9/2025).

Ada empat topik yang dikupas sebagian dari mutiara hikmah yang terdapat dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad karya ulama besar Nusantara, Syekh Nawawi al-Bantani rahimahullah, tepatnya pada Bab 2, maqolah ke-6 hingga maqolah ke-9.

Keempat maqolah ini sarat dengan nasihat dan peringatan tentang orientasi hidup manusia, prioritas amal, serta bahaya maksiat dan keutamaan takwa.

Pokok-pokok kajian ini meliputi:
1. Maqolah ke-6 – tentang dua pencarian: ilmu yang menuntun ke surga, dan maksiat yang menyeret ke neraka.
2. Maqolah ke-7 – tentang kemuliaan seseorang yang menjaga dirinya dari maksiat dan bijaknya orang yang mengutamakan akhirat.
3. Maqolah ke-8 – tentang dua jenis “modal hidup”: takwa yang membawa keuntungan besar dalam agama, dan dunia yang membawa kerugian besar.
4. Maqolah ke-9 – tentang dua akar maksiat: syahwat yang masih bisa diampuni, dan kesombongan yang menyebabkan laknat.

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/search/label/Kajian%20Kitab

Semoga kajian ini dapat menjadi cermin bagi diri kita, agar senantiasa menata niat, memperbaiki amal, dan menjadikan akhirat sebagai orientasi utama dalam kehidupan dunia yang singkat ini. Kami berharap, dengan memahami isi dan makna maqolah-maqolah tersebut, kita mampu memperkuat komitmen untuk menjadi pribadi yang bertakwa, menjauhi maksiat, serta mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala dengan ilmu yang benar dan amal yang ikhlas.

Akhirnya, semoga Allah memberkahi majelis ini, menjadikannya sarana turunnya rahmat, dan mendatangkan manfaat dunia akhirat bagi kita semua.

Bab 2 Maqolah 6: Dua Pencarian

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ فِي طَلَبِهِ وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي طَلَبِهِ) أَيْ مَنْ اشْتَغَلَ فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ الْعَاقِلِ جَهْلُهُ كَانَ فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ تَعَالَى وَمَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا لِلنَّارِ وَلِسَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke enam (dari ali radhiallahu anhu) wakarroma wajhahu (Orang yang ada dalam mencari ilmu maka ada surga dalam pencariannya. Orang yang ada dalam mencari maksiat maka ada neraka dalam pencariannya) Maksudnya orang yang sibuk dalam ilmu yang bermanfaat yang tidak boleh bagi orang baligh yang berakal tidak tahu tentang ilmu tersebut pada hakikatnya ia sedang mencari surga dan ridho Allah Subhanahu Wata'ala. Dan barang siapa yang menginginkan perbuatan maksiat pada hakikatnya ia sedang mencari neraka dan murka Allah Subhanahu Wata'ala.

Makna dan Kandungan:
Orang yang mencari ilmu yang bermanfaat (ilmu syar'i yang wajib diketahui setiap Muslim baligh) sejatinya sedang mencari surga dan ridha Allah. Sebaliknya, orang yang mencari maksiat sejatinya sedang mencari neraka dan murka Allah. Ini menggambarkan bahwa aktivitas dan orientasi hidup seseorang akan mengarahkannya kepada tujuan akhir: surga atau neraka.

Ada hubungan langsung antara niat, usaha, dan akibat akhir (hisab). Mencari ilmu bukan sekadar rutinitas intelektual, tetapi termasuk bentuk ibadah yang sangat mulia. Orang yang dengan sadar terus-menerus mengejar maksiat telah menyiapkan tempat untuk dirinya di neraka, secara spiritual dia berjalan ke arah itu.

Bab 2 Maqolah Ke 7: Dua Pencarian

(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا آثَرَ الدُّنْيَا) أَيْ لَا قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ السَّلِيمِ.

Maqolah yang ke tujuh (Dari yahya bin ma'adz Radhiallahu Anhu : Tidak mungkin berbuat maksiat kepada Allah orang yang mulia) Maksudnya orang yang terpuji perbuatannya. Orang yang mulia adalah orang yang memuliakan dirinya dengan perbuatan taqwa dan dengan menjaga dirinya dari perbuatan maksiat (Dan tidak mungkin mengutamakan dunia) Maksudnya tidak mungkin mendahulukan dunia dan tidak mungkin mengutamakan dunia (Dari akhirat orang yang bijaksana) Maksudnya orang yang senantiasa tepat dalam perbuatan-perbuatannya. Orang yang bijaksana adalah orang yang mencegah dirinya dari menentang akal sehatnya.

Makna dan Kandungan:
Orang yang memuliakan dirinya dengan takwa dan menjauh dari maksiat, tidak akan menjatuhkan dirinya dalam kehinaan (maksiat). Orang bijaksana tidak akan mengutamakan dunia yang fana atas akhirat yang abadi.

Taqwa dan kebijaksanaan adalah indikator kecerdasan spiritual dan moral. Menjaga diri dari maksiat adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap diri sendiri. Mendahulukan akhirat bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menempatkan prioritas yang benar sesuai dengan nilai kekal dan nilai sementara.

Bab 2 Maqolah Ke 8: Dua Modal yang Berbeda Hasilnya

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنِ الْأَعْمَشِ) اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مَهْرَانَ الْكُوفِيُّ (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِبْحِ دِينِهِ ، وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنْيَا كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِينِهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ تَمَسَّكَ عَلَى التَّقْوَى بِامْتِثَالِ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابِ الْمَعَاصِي بِأَنْ أَسَّسَ أَفْعَالَهُ بِمُوَافَقَاتِ الشَّرْعِ فَلَهُ حَسَنَاتٌ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى، وَمَنْ تَمَسَّكَ عَلَى أُمُورٍ مُخَالِفَاتٍ لِلشَّرْعِ فَلَهُ سَيِّئَاتٌ كَثِيرَةٌ عَجِزَتِ الْأَلْسُنُ عَنْ ذِكْرِ ذَلِكَ بِالْعَدَدِ.

Maqolah yang ke delapan (Dari A'mas) Nama aslinya adalah Sulaiman Bin Mahran Al-Kufi (Rodhiallahu Anhu : Barang siapa yang modal utamanya takwa maka menjadi letih lisan-lisannya dari mensifati keuntungan agamanya. Barang siapa yang modal utamanya dunia maka menjadi letih lisan-lisannya dari mensifati kerugian agamanya) Ma'nanya adalah barang siapa yang berpegang teguh pada takwa dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dengan mendasarkan perbuatan perbuatannya sesuai dengan hukum syariat maka untuknya kebaikan-kebaikan yang banyak tidak terhitung. Barang siapa yang berpegang teguh pada perkara-perkara yang menyelisihi hukum syara maka untuknya keburukan-keburukan yang banyak yang menjadikan tidak mampu lisan-lisannya dari menyebutkan keburukannya dengan hitungan.

Makna dan Kandungan:
Takwa sebagai modal utama akan mendatangkan keuntungan spiritual yang tidak terhitung. Dunia sebagai modal hidup akan berakhir pada kerugian akhirat yang tak terbayangkan.

Modal hidup seorang mukmin sejatinya adalah takwa, bukan harta, kedudukan, atau kekuasaan. Keuntungan orang bertakwa tidak hanya di akhirat, tetapi juga dalam ketenangan batin di dunia. Sebaliknya, orang yang menjadikan dunia sebagai fokus utama akan rugi dua kali: di dunia (dengan kekhawatiran yang tak berujung) dan akhirat (dengan azab yang kekal).

Ibad Bab 2 Maqolah Ke 9: Dua Dasar Ma’siyat

(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٍ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيْ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (مِنَ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا (آدَمَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.

Maqolah yang ke sembilan (Dari sufyan Ats-tsauri Radhiallahu Anhu) Dia adalah gurunya Imam Malik (Setiap kemaksiatan) Yang muncul (Dari nafsu) Maksudnya inginnya nafsu pada sesuatu (Maka sesungguhnya bisa diharapkan diampuninya) Maksudnya Maksiat Itu. (Setiap kemaksiatan) Yang muncul (Dari sifat sombong) Maksudnya mengaku lebih utama (Maka sesungguhnya tidak bisa diharapkan diampuninya maksiat itu karena maksiat Iblis asal mulanya) Maksudnya maksiat (Karena sombong) Dia mengklaim dirinya lebih baik dari nabi Adam (Dan) Karena (Kesalahan) Sayyidina (Adam) Alaihissalam (Asal mulanya dari syahwat) Karenan Inginnya nabi Adam mencicipi buah Khuldi yang sejatinya itu dilarang.

Makna dan Kandungan:
Maksiat karena syahwat (keinginan nafsu) masih dapat diharapkan pengampunannya, seperti dosa Nabi Adam a.s. Maksiat karena kesombongan (merasa lebih tinggi, seperti Iblis), lebih berbahaya dan sulit mendapat ampunan.

Perbedaan motivasi maksiat sangat penting. Syahwat adalah kelemahan manusia, dan Allah Maha Pengampun bagi hamba yang menyesal. Kesombongan adalah bentuk pemberontakan dan penolakan terhadap perintah Allah. Ini membuat pelakunya jauh dari ampunan kecuali dengan taubat yang sungguh-sungguh. Iblis dilaknat bukan karena dia berbuat maksiat secara fisik, tetapi karena kesombongannya menolak perintah Allah.

Kesimpulan, keempat maqolah ini mengajak kita untuk:
1. Menjadikan ilmu dan takwa sebagai orientasi hidup.
2. Menjaga diri dari maksiat, terutama yang bersumber dari kesombongan.
3. Mengutamakan akhirat daripada dunia.
4. Menilai hidup dengan perspektif akhirat, bukan hanya dunia.

Sumber: lilmuslimin
Editor: Imam edi Siswanto

Senin, 08 September 2025

Meneladani Rasul Sejak Dini: PAI KUA Kalimanah Berkisah hingga Makan Nasi Takir Bersama Santri TPQ Nurul Iman Penaruban

PAI KUA Kalimanah, Imam Edi Siswanto, saat berkisah kehidupan Nabi Muhammad SAW pada santri TPQ Nurul Iman Penaruban di Mushala Al HAq, Senin (8/9/2025). (Foto: Iqbal)

Purbalingga-Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Nurul Iman Penaruban menyelenggarakan sebuah kegiatan penuh makna dan kehangatan bertajuk "Meneladani Rasul Sejak Dini, Dari Kisah hingga Cinta Nabi."

Kegiatan yang digelar di Mushala Al Haq Penaruban ini, dirancang untuk menanamkan kecintaan dan keteladanan kepada Rasulullah SAW dalam hati para santri sejak usia dini, Senin (8/9/2025). 

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/2025/09/pai-kua-kalimanah-imam-edi-siswanto.html 

Melalui rangkaian acara yang menyentuh dan edukatif, anak-anak diajak untuk lebih mengenal Nabi sebagai sosok panutan dalam setiap aspek kehidupan.

Acara diawali dengan membaca dan berkirim sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai bentuk cinta dan penghormatan kita kepada beliau yang telah membawa cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Santri  TPQ Nurul Iman Penaruban aat menyaksikan film pendek kehidupan Nabi Muhammad SAW di Mushala Al HAq, Senin (8/9/2025). (Foto: Tri Ani Nuraini)

Kemudian, para santri menyaksikan film pendek melalui proyektor yang mengisahkan masa kecil Rasulullah SAW, mengenalkan mereka pada kelembutan dan kebaikan yang telah tampak sejak usia belia. 

Kisah ini menjadi pintu awal untuk menggugah rasa cinta dan kekaguman kepada sosok Nabi yang mulia.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan kisah inspiratif dari Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kalimanah Imam Edi Siswanto, yang membawakan materi tentang:

  • Masa kecil Rasulullah SAW yang penuh kesabaran dan kebaikan,
  • Tugas kerasulan yang diemban dengan penuh tanggung jawab dan ketulusan, serta
  • Sifat-sifat luhur Rasulullah SAW yang wajib diteladani oleh setiap muslim, khususnya anak-anak.  

Santri  TPQ Nurul Iman Penaruban saat sedang menikmatoi makan nasi Takir usai acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Mushala Al HAq, Senin (8/9/2025). (Foto: Tri Ani Nuraini)

Empat sifat utama Rasulullah SAW yang ditekankan sebagai pedoman perilaku sejak dini, yaitu, Sidiq (jujur/benar): Menjadi anak yang selalu berkata dan bersikap benar. Amanah (dapat dipercaya): Belajar memegang tanggung jawab dan tidak mengingkari janji.

Tabligh (menyampaikan): Berani menyampaikan kebenaran dengan santun dan bijak.
Fathonah (cerdas dan bijaksana): Berpikir cerdas dan bersikap arif dalam menghadapi setiap keadaan.

Setelah sesi penyampaian kisah, anak-anak diajak mengikuti kuis tanya jawab seputar materi yang disampaikan, untuk memperkuat pemahaman dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.

Acara ditutup dengan doa bersama, memohon keberkahan hidup dan cinta yang dalam kepada Rasulullah SAW. Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama nasi takir (daun  pisang) sebuah simbol kesederhanaan dan kebersamaan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.(*)

Pewarta/Editor: Imam Edi Siswanto 

Kreatif dan Kompak: PAI KUA Kalimanah Produksi Konten Kepenyuluhan Inspiratif


Penyuluh Agama Islam KUA Kalimanah saat proses pembuatan konten video Kepenyuluhan di sebuah halaman rumah di Kalimanah, Senin (8/9/2025). (Foto: MA Zaenal Abidin)

Purbalingga -Dalam upaya mengembangkan metode dakwah yang relevan dengan zaman, Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kalimanah melakukan produksi konten video kepenyuluhan yang dikemas secara kreatif dan menarik, Senin (8/9/2025).

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/2025/09/pai-kua-kalimanah-imam-edi-siswanto.html?m=1

Pengambilan gambar dilakukan secara kolaboratif di sebuah lokasi yang dipilih karena memiliki nilai estetika visual yang kuat, sehingga mendukung kekuatan narasi dalam video. Proses produksi melibatkan sejumlah tim dengan peran yang sudah tertata rapi.

Setidaknya tiga kamera digunakan dalam proses pengambilan gambar. Kamera utama dikendalikan oleh Pujianto, sementara Imam Edi Siswanto bertugas di kamera kedua, dan Azizah Dwi Purba mengoperasikan kamera ketiga.

Selain itu, Moh. Agus Zaenal Abidin turut ambil bagian dalam mendokumentasikan proses pembuatan konten ini melalui behind-the-scenes (BTS) footage.

Konten ini menghadirkan Mughofar sebagai narasumber yang membagikan materi kepenyuluhan, dengan dipandu oleh Zamroni Irham sebagai host. 

Proses syuting berlangsung dinamis dan penuh semangat. Bahkan, sejumlah ide segar dan kreatif muncul spontan di tengah proses, menambah kualitas dan kekuatan pesan yang disampaikan dalam video.

Langkah ini merupakan bentuk inovasi dakwah yang dilakukan oleh PAI KUA Kalimanah untuk menjangkau masyarakat melalui media digital. 

Semangat kolaboratif dan kreativitas yang ditunjukkan dalam kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi penyuluh lainnya dalam mengembangkan metode kepenyuluhan yang kontekstual dan efektif.(*)

Pewarta/Editor: Imam Edi Siswanto 

Maulid Nabi: Lebih dari 700 Siswa SMPN 2 Kalimanah Antusias Dengar Ceramah Bertema Akhlak Mulia

PAI KUA Kalimanah, Imam Edi Siswanto, saat mengisi ceramah kepada lebih dari 700 siswa-siswi SMPN 2 Kalimanah pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Sabtu (6/9/2025).

Purbalingga – Beberapa waktu yang lalu Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kalimanah, Imam Edi Siswanto, mengisi ceramah kepada lebih dari 700 siswa-siswi SMPN 2 Kalimanah, Sabtu (6/9/2025).

Dalam ceramahnya, Ia mengajak kepada para siswa untuk menanamkan nilai-nilai religius dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

BACA: 

https://iparipurbalingga.blogspot.com/2025/09/maulid-nabi-penyuluh-agama-ajak-siswa.html

 https://kuakalimanah.blogspot.com/search?q=imam+edi+siswanto

Kata Dia, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi insan yang bertakwa, asal dibarengi dengan niat, tekad, dan kesungguhan.

"Semua manusia punya kesempatan yang sama untuk meraih predikat insan bertakwa. Niat, tekad dan kesungguhan adalah tanda-tanda awal menuju kesuksesan," ucapnya di hadapan para siswa.

Ia menekankan, bahwa generasi masa kini tak cukup hanya cerdas secara intelektual. Menurutnya, harapan semua orang tua adalah melihat anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang smart, religius, dan berakhlakul karimah.

"Berilmu dan berwawasan luas itu bagus, tapi akan jauh lebih baik jika disertai dengan akhlak yang mulia. Kecerdasan sejati tidak hanya soal intelektual, tapi juga emosional dan spiritual," tambahnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak seluruh siswa untuk meneladani perjalanan hidup Rasulullah SAW, mulai dari masa kecil, remaja, hingga dewasa. Kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata bagi umat manusia dalam membentuk karakter dan moral yang luhur.

"Masa remaja Nabi Muhammad SAW sangat eksklusif. Sejak kecil beliau telah dikenal sebagai pribadi yang shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathonah (cerdas)," jelasnya.

Keempat sifat utama Rasulullah itu, lanjut Imam Edi, adalah kunci keteladanan yang harus ditanamkan sejak dini, termasuk di lingkungan sekolah.

"Empat sifat itulah yang seharusnya menjadi pegangan hidup kita semua, terutama bagi para pelajar yang sedang berada dalam masa pencarian jati diri dan pembentukan karakter," ucapnya. 

Salah satu guru SMPN 2 Kalimanah Siti Pujiastuti mengatakan bahwa tema Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW mengambil tema "Smart, Religius dan Adabi", bertujuan agar anak-anak bisa mengambil hikmah dan contoh akhlakul karimah dari Rasululloh Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.(*)

Pewarta/Editor: IES

Rabu, 03 September 2025

#5 Kajian Rutin KUA Kalimanah Kitab Nashoihul Ibad: Dua Perumpamaan Masuk Kubur, Dua Kemuliaan dan Dua Kesedihan

Kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 5 KUA Kalimanah Purbalingga, membahas tentang “Dua Perumpamaan Masuk Kubur, Dua Kemuliaan dan Dua Kesedihan", Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (3/9/2025). (Foto: Rizal)

Purbalingga-Pada kajian edisi ke 5 KUA Kalimanah Purbalingga, membahas “Dua Perumpamaan Masuk Kubur, Dua Kemuliaan dan Dua Kesedihan", Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani merupakan salah satu kitab klasik yang sarat dengan nasihat dan pelajaran moral. Rabu (3/9/2025).

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/search/label/Kajian%20Kitab

Beliau menyampaikan peringatan penting mengenai akhir kehidupan manusia dan kondisi yang akan dialami ketika memasuki alam kubur.

Dua perumpamaan ini menggambarkan perbedaan nasib antara orang yang beramal baik dan yang berbuat dosa, menegaskan bahwa kubur bisa menjadi taman dari taman-taman surga atau sebaliknya, menjadi lubang dari lubang neraka.

Dua kemuliaan yang dimaksud dalam perumpamaan ini merujuk pada nikmat bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu diterimanya amal kebaikan dan kebahagiaan di alam barzakh sebagai bentuk penghormatan dari Allah.

Kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 5 KUA Kalimanah Purbalingga, membahas tentang “Dua Perumpamaan Masuk Kubur, Dua Kemuliaan dan Dua Kesedihan", Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (3/9/2025). (Foto: Rizal)

Sedangkan dua kesedihan mengacu pada penderitaan bagi orang-orang yang lalai, yakni penyesalan tiada akhir dan siksa kubur yang pedih. Perumpamaan ini tidak hanya menggugah rasa takut, tetapi juga menyentuh kesadaran spiritual agar manusia senantiasa memperbaiki amal sebelum ajal menjemput.

Pesan moral yang terkandung dalam perumpamaan tersebut sangat kuat: bahwa kehidupan dunia adalah ladang amal dan kematian adalah pintu menuju pembalasan yang pasti.

Syaikh Nawawi dengan hikmah menyampaikan bahwa manusia hendaknya selalu mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan setelah mati. Melalui perumpamaan ini, beliau tidak hanya menyampaikan ancaman, tetapi juga motivasi untuk hidup lebih bermakna dengan memperbanyak amal baik dan menjauhi maksiat.

Bab 2 Maqolah 3: Dua Perumpamaan Masuk Kubur

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ : (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ دَخَلَ الْقَبْرَ بِلَا زَادٍ) أَيْ مِنَ الْعَمَلِ الصَّالِحِ (فَكَأَنَّمَا رَكِبَ الْبَحْرَ بِلَا سَفِينَةٍ) أَيْ فَيَغْرَقُ غَرَقًا لَا خَلَاصَ لَهُ إِلَّا بِمَنْ يُنْقِذُهُ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَرِيقِ الْمُغَوِّثِ) أَيْ الطَّلَبِ لِأَنْ يُغَاثَ.

Maqolah yang ke tiga (Dari Abu Bakar As-siddiq Semoga Allah meridhoinya : Orang yang masuk ke liang lahat / qubur tanpa bekal) Maksudnya bekal dari amal sholeh (Seakan ia mengarungi lautan tanpa menaiki perahu) Maksudnya tentu ia akan hanyut tenggelam dengan sebenar benarnya hanyut yang tiada keselamatan baginya kecuali dengan syafaatnya orang yang akan menyelamatkan dia sebagaimana Nabi ﷺ bersabda : (Tiadalah mayit itu di alam quburnya melainkan seperti orang yang hanyut / tenggelam teriak teriak minta tolong) Maksudnya mencari pertolongan.

Maqolah ketiga dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengandung makna yang sangat dalam tentang pentingnya amal sholeh sebagai bekal sebelum mati. Perumpamaan orang yang masuk ke kubur tanpa bekal amal diibaratkan seperti orang yang mengarungi lautan tanpa perahu, suatu perjalanan yang mustahil selamat tanpa alat bantu. Ini menegaskan bahwa kehidupan setelah mati sangat bergantung pada apa yang telah dipersiapkan selama hidup di dunia.

Lautan yang dimaksud adalah alam kubur dan akhirat, penuh dengan ujian dan kesulitan. Seseorang yang tidak membawa amal sholeh seperti shalat, sedekah, puasa, dan amal kebaikan lainnya, akan menghadapi kebinasaan seperti orang yang tenggelam, tanpa daya, dan hanya bisa berharap pertolongan. Di sinilah letak pentingnya syafaat, khususnya dari Nabi Muhammad ﷺ, sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang masih memiliki harapan meski bekalnya minim.

Dengan demikian, maqolah ini mengajarkan bahwa hidup bukan sekadar menjalani waktu, tetapi menabung bekal untuk kehidupan yang kekal. Ia juga menjadi peringatan agar manusia tidak tertipu oleh kesenangan dunia dan melalaikan akhirat. Bekal amal sholeh adalah satu-satunya "perahu keselamatan" yang dapat menyelamatkan seseorang dari tenggelam dalam penderitaan alam kubur.

Bab 2 Maqolah 4: Dua Kemuliaan

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : صِفْ لِي حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ : عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).

Maqolah yang ke empat dari : (Dari Umar Radhiallahu Anhu) Dinukil dari syaikh Abdul mu'ti As-Samlawi (Sesungguhnya Nabi berkata kepada Malaikat Jibril Alaihissalam : Wahai jibril sebutkan kepadaku kebaikan-kebaikan Umar ! Lalu Malaikat Jibril berkata : Andai laut-laut menjadi tintanhya pohon pohon menjadi penanya niscaya aku tidak akan bisa menghitung kebaikan kebaikan Umar. Kemudian Nabi berkata kepada Malaikat Jibril : Wahai Jibril sebutkan kepadaku kebaikan-kebaikan Abu Bakar ! lalu Malaikat Jibril berkata : Kebaikan Umar adalah satu kebaikan dari kebaikan kebaikannya Abu Bakar).

(عِزُّ الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.

(Kemuliaan dunia itu dengan harta dan kemuliaan akhirat itu dengan amal sholeh) Maksudnya tidaklah menjadi kuat perkara-perkara dunia dan tidak bisa menjadi baik perkara perkara dunia kecuali dengan harta dan tidaklah menjadi kuat perkara-perkara akhirat dan tidak bisa menjadi baik perkara-perkara akhirat kecuali dengan amal sholeh.

Maqolah ini mengandung pesan bijak bahwa setiap dimensi kehidupan memiliki fondasi utama yang menunjang keberhasilannya: dunia dengan harta dan akhirat dengan amal sholeh. Harta dibutuhkan untuk menopang kehidupan dunia seperti memenuhi kebutuhan, membangun peradaban, dan membantu sesama, namun ia tidak memiliki nilai untuk keselamatan akhirat jika tidak digunakan dengan benar.

Sebaliknya, amal sholeh adalah "mata uang" akhirat yang menjadi penentu derajat dan keselamatan seseorang di sisi Allah. Maka, pernyataan ini menekankan keseimbangan: gunakan harta untuk kebaikan dunia sekaligus sebagai sarana memperbanyak amal sholeh, karena tanpa keduanya, baik urusan dunia maupun akhirat akan rapuh dan tidak akan sempurna.

Bab 2 Maqolah 5: Dua Kesedihan

(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةِ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا.

Maqolah yang ke lima (Dari Utsman Radhiallahu Anhu : Bersedih karena urusan dunia menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih karena urusan akhirat menjadikan cahaya dalam hati). Maksudnya kesedihan di dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan dunia pasti akan menjadikan kegelapan dalam hati. Bersedih di dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan akhirat pasti akan menjadikan cahaya dalam hati. Ya Allah janganlah engkau jadikan dunia sebesar-besarnya kesedihan kami dan janganlah engkau jadikan dunia sebagai tujuan dari ilmu kami.

Maqolah dari Utsman Radhiallahu ‘Anhu ini mengajarkan perbedaan mendasar antara kesedihan yang lahir dari kecintaan terhadap dunia dan kesedihan yang tumbuh karena rasa takut dan harap terhadap akhirat.

Kesedihan karena kehilangan dunia, seperti harta, jabatan, atau pujian manusia, menyebabkan kegelapan hati, karena mengikat jiwa pada sesuatu yang fana dan sering menumbuhkan keluh kesah, iri, serta lalai dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Sebaliknya, kesedihan karena urusan akhirat, seperti kekhawatiran atas kurangnya amal, takut akan siksa, atau keinginan untuk lebih dekat kepada Allah, justru menjadi sumber cahaya hati, karena memotivasi taubat, ibadah, dan kebaikan.

Doa penutup dalam maqolah ini mengajarkan agar orientasi hidup tidak terjebak pada dunia semata, tetapi terfokus pada bekal untuk kehidupan yang abadi.

Kajian rutin singkat namun cukup mendalam ini dihantarkan oleh PAI KUA Kalimanah Pujianto dan Sarah atau penjelasan oleh Amin Muakhor.(*)

Sumber: lilmuslimin.com
Editor : Imam Edi Siswanto

80 Ribu Gerai KDMP Mulai Dibangun, PAI KUA Kalimanah Ikut Ambil Bagian

PAI KUA Kalimanah,  Azizah Dwi Purba (kanan) dan  Zamroni Irham saat menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan 80.000 gerai pergud...