Ada empat topik yang dikupas sebagian dari mutiara hikmah yang terdapat dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad karya ulama besar Nusantara, Syekh Nawawi al-Bantani rahimahullah, tepatnya pada Bab 2, maqolah ke-6 hingga maqolah ke-9.
Keempat maqolah ini sarat dengan nasihat dan peringatan tentang orientasi hidup manusia, prioritas amal, serta bahaya maksiat dan keutamaan takwa.
Pokok-pokok kajian ini meliputi:
1. Maqolah ke-6 – tentang dua pencarian: ilmu yang menuntun ke surga, dan maksiat yang menyeret ke neraka.
2. Maqolah ke-7 – tentang kemuliaan seseorang yang menjaga dirinya dari maksiat dan bijaknya orang yang mengutamakan akhirat.
3. Maqolah ke-8 – tentang dua jenis “modal hidup”: takwa yang membawa keuntungan besar dalam agama, dan dunia yang membawa kerugian besar.
4. Maqolah ke-9 – tentang dua akar maksiat: syahwat yang masih bisa diampuni, dan kesombongan yang menyebabkan laknat.
BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/search/label/Kajian%20Kitab
Semoga kajian ini dapat menjadi cermin bagi diri kita, agar senantiasa menata niat, memperbaiki amal, dan menjadikan akhirat sebagai orientasi utama dalam kehidupan dunia yang singkat ini. Kami berharap, dengan memahami isi dan makna maqolah-maqolah tersebut, kita mampu memperkuat komitmen untuk menjadi pribadi yang bertakwa, menjauhi maksiat, serta mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala dengan ilmu yang benar dan amal yang ikhlas.
Akhirnya, semoga Allah memberkahi majelis ini, menjadikannya sarana turunnya rahmat, dan mendatangkan manfaat dunia akhirat bagi kita semua.
Bab 2 Maqolah 6: Dua Pencarian
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ فِي طَلَبِهِ وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي طَلَبِهِ) أَيْ مَنْ اشْتَغَلَ فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ الْعَاقِلِ جَهْلُهُ كَانَ فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ تَعَالَى وَمَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا لِلنَّارِ وَلِسَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى.
Makna dan Kandungan:
Orang yang mencari ilmu yang bermanfaat (ilmu syar'i yang wajib diketahui setiap Muslim baligh) sejatinya sedang mencari surga dan ridha Allah. Sebaliknya, orang yang mencari maksiat sejatinya sedang mencari neraka dan murka Allah. Ini menggambarkan bahwa aktivitas dan orientasi hidup seseorang akan mengarahkannya kepada tujuan akhir: surga atau neraka.
Ada hubungan langsung antara niat, usaha, dan akibat akhir (hisab). Mencari ilmu bukan sekadar rutinitas intelektual, tetapi termasuk bentuk ibadah yang sangat mulia. Orang yang dengan sadar terus-menerus mengejar maksiat telah menyiapkan tempat untuk dirinya di neraka, secara spiritual dia berjalan ke arah itu.
Bab 2 Maqolah Ke 7: Dua Pencarian
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا آثَرَ الدُّنْيَا) أَيْ لَا قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ السَّلِيمِ.
Makna dan Kandungan:
Orang yang memuliakan dirinya dengan takwa dan menjauh dari maksiat, tidak akan menjatuhkan dirinya dalam kehinaan (maksiat). Orang bijaksana tidak akan mengutamakan dunia yang fana atas akhirat yang abadi.
Taqwa dan kebijaksanaan adalah indikator kecerdasan spiritual dan moral. Menjaga diri dari maksiat adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap diri sendiri. Mendahulukan akhirat bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menempatkan prioritas yang benar sesuai dengan nilai kekal dan nilai sementara.
Bab 2 Maqolah Ke 8: Dua Modal yang Berbeda Hasilnya
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنِ الْأَعْمَشِ) اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مَهْرَانَ الْكُوفِيُّ (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِبْحِ دِينِهِ ، وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنْيَا كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِينِهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ تَمَسَّكَ عَلَى التَّقْوَى بِامْتِثَالِ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابِ الْمَعَاصِي بِأَنْ أَسَّسَ أَفْعَالَهُ بِمُوَافَقَاتِ الشَّرْعِ فَلَهُ حَسَنَاتٌ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى، وَمَنْ تَمَسَّكَ عَلَى أُمُورٍ مُخَالِفَاتٍ لِلشَّرْعِ فَلَهُ سَيِّئَاتٌ كَثِيرَةٌ عَجِزَتِ الْأَلْسُنُ عَنْ ذِكْرِ ذَلِكَ بِالْعَدَدِ.
Makna dan Kandungan:
Takwa sebagai modal utama akan mendatangkan keuntungan spiritual yang tidak terhitung. Dunia sebagai modal hidup akan berakhir pada kerugian akhirat yang tak terbayangkan.
Modal hidup seorang mukmin sejatinya adalah takwa, bukan harta, kedudukan, atau kekuasaan. Keuntungan orang bertakwa tidak hanya di akhirat, tetapi juga dalam ketenangan batin di dunia. Sebaliknya, orang yang menjadikan dunia sebagai fokus utama akan rugi dua kali: di dunia (dengan kekhawatiran yang tak berujung) dan akhirat (dengan azab yang kekal).
Ibad Bab 2 Maqolah Ke 9: Dua Dasar Ma’siyat
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٍ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيْ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيْسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (مِنَ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا (آدَمَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.
Makna dan Kandungan:
Maksiat karena syahwat (keinginan nafsu) masih dapat diharapkan pengampunannya, seperti dosa Nabi Adam a.s. Maksiat karena kesombongan (merasa lebih tinggi, seperti Iblis), lebih berbahaya dan sulit mendapat ampunan.
Perbedaan motivasi maksiat sangat penting. Syahwat adalah kelemahan manusia, dan Allah Maha Pengampun bagi hamba yang menyesal. Kesombongan adalah bentuk pemberontakan dan penolakan terhadap perintah Allah. Ini membuat pelakunya jauh dari ampunan kecuali dengan taubat yang sungguh-sungguh. Iblis dilaknat bukan karena dia berbuat maksiat secara fisik, tetapi karena kesombongannya menolak perintah Allah.
Kesimpulan, keempat maqolah ini mengajak kita untuk:
1. Menjadikan ilmu dan takwa sebagai orientasi hidup.
2. Menjaga diri dari maksiat, terutama yang bersumber dari kesombongan.
3. Mengutamakan akhirat daripada dunia.
4. Menilai hidup dengan perspektif akhirat, bukan hanya dunia.
Sumber: lilmuslimin
Editor: Imam edi Siswanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar