Rabu, 08 Oktober 2025

#7 Jangan Remehkan Dosa Kecil: Nasihat Para Ulama dari Kitab Nashoihul ‘Ibad

Kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 7 KUA Kalimanah Purbalingga, membahas tentang Jangan Remehkan Dosa Kecil: Nasihat Para Ulama dari Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (8/10/2025). (Foto: Imam Edi Siswanto)

Purbalingga- Dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad, para ulama mengingatkan kita untuk tidak meremehkan dosa-dosa kecil. Meskipun tampak ringan, dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus atau dianggap sepele bisa berkembang menjadi dosa besar, bahkan menjadi sebab datangnya murka Allah.

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/2025/09/6-kajian-kitab-nashoihul-ibad-arah.html

Sebaliknya, sebesar apa pun dosa yang dilakukan, jika disertai dengan penyesalan dan istighfar yang sungguh-sungguh, Allah tetap membuka pintu ampunan-Nya. Nasihat ini menanamkan kesadaran bahwa setiap langkah kita bernilai, dan hati yang lalai terhadap dosa kecil pun sedang berjalan menuju kehancuran, jika tidak segera disadarkan oleh taubat.

Kajian rutin Rabu pagi KUA Kalimanah yang singkat namun cukup mendalam ini dihantarkan oleh PAI KUA Kalimanah Pujianto dan makna dan kandungan (Sarah atau penjelasan) oleh Amin Muakhor, dan Prayitno, Rabu (8/10/2025).

Kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 7 KUA Kalimanah Purbalingga, membahas tentang Jangan Remehkan Dosa Kecil: Nasihat Para Ulama dari Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (8/10/2025). (Foto: Imam Edi Siswanto)

Ada empat topik yang dikupas sebagian dari mutiara hikmah yang terdapat dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad karya ulama besar Nusantara, Syekh Nawawi al-Bantani rahimahullah, tepatnya pada Bab 2, maqolah ke-10 hingga maqolah ke-14.

Keempat maqolah ini sarat dengan nasihat dan peringatan tentang orientasi hidup manusia, prioritas amal, serta bahaya maksiat dan keutamaan takwa.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2
Maqolah Ke 10: Dua Jenis Tangisan
Maqolah Ke 11: Dosa Besar Dan Kecil
Maqolah Ke 12:
Maqolah Ke 13: Ahli Marifat Dan Ahli Zuhud
Maqolah Ke 14: Mengenal Allah dan diri sendiri

Pada Bab kedua ini, kita akan mengulas dan menerjemahkan beberapa maqolah penting yang penuh makna. Dimulai dari maqolah ke-10 yang membahas dua jenis tangisan, yaitu tangisan karena dosa dan tangisan karena ketaatan, dua kondisi hati yang berujung pada dua tempat kembali yang sangat berbeda: neraka dan surga.

Lalu dilanjutkan dengan maqolah tentang bahaya meremehkan dosa kecil, pentingnya istighfar, serta perbedaan antara ahli ma’rifat dan ahli zuhud. Hingga akhirnya ditutup dengan maqolah yang mendalam tentang hakikat mengenal Allah dan mengenal diri sendiri.

Berikut penjelasan yang kami lansir dari lilmuslimin.com.
Maqolah Ke 10: Dua Jenis Tangisan

(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ بَعْضِ الزُّهَّادِ) وَهُمُ الَّذِينَ احْتَقَرُوا الدُّنْيَا وَلَمْ يُبَالُوا بِهَا بَلْ أَخَذُوا مِنْهَا قَدْرَ ضَرُورَتِهِمْ (مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا) أَيْ تَحَمَّلَهُ (وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْرَحُ بِتَحَمُّلِهِ (فَإِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِي) لِأَنَّ حَقَّهُ أَنْ يَنْدَمَ وَيَسْتَغْفِرَ اللَّهَ تَعَالَى لِذَلِكَ (وَمَنْ أَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِي) حَيَاءً مِنَ اللَّهِ تَعَالَى وَخَوْفًا مِنْهُ تَعَالَى عَلَى تَقْصِيرِهِ فِي تِلْكَ الطَّاعَةِ (فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ يَفْرَحُ غَايَةَ الْفَرَحِ لِحُصُولِ مَطْلُوبِهِ وَهُوَ عَفْوُ اللَّهِ تَعَالَى.


Maqolah yang ke sepuluh (Dari sebagian orang-orang ahli zuhud) Ahli zuhud adalah orang-orang yang merendahkan dunia dan mereka tidak peduli terhadap dunia bahkan mereka mengambil dari dunia sebatas keperluan mendesak mereka. (Barang siapa yang melakukan dosa) Maksudnya dia memilkul dosa (Kemudian ia tertawa) Maksudnya dalam keadaan sesungguhnya ia senang dengan memikul dosa (Maka sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka dan dia akan menangis) Karena sesungguhnya kewajibannya yaitu menyesal dan memohon ampunan kepada Allah Ta'ala karena melakukan dosa (Barang siapa yang melakukan ketaatan kemudian ia menangis) Karena malu kepada Allah Ta'ala dan karena takut kepada Allah Ta'ala atas kelalaiannya dalam melakukan ketaatan (Maka sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam surga kemudian ia tertawa) Maksudnya ia merasa bahagia dengan sebahagia bahagianya karena ia telah mendapatkan apa yang ia cari yaitu ampunan Allah Ta'ala.

Maqolah Ke 11: Dosa Besar Dan Kecil

(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ الصِّغَارَ) أَيْ لَا تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي تِلْكَ الصِّغَارِ.


Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian para ahli hikmah) Maksudnya para wali (Janganlah kalian meremehkan terhadap dosa yang kecil) Maksudnya janganlah kalian menghitung dosa sebagai dosa yang kecil (Karena sesungguhnya meremehkan dosa kecil akan bercabang-cabang darinya dosa dosa yang besar) Dan juga terkadang murkanya Allah itu sebab dosa dosa yang kecil.


Maqolah Ke 12:

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ عَنِ الْأُولَى.


Maqolah yang ke dua belas (Dari Nabi ﷺ : Tidak ada dosa kecil dengan terus menerus) Sesungguhnya dosa dosa kecil dengan terus menerus dilakukan atasnya akan menjadi besar maka jadilah dosa kecil itu menjadi dosa besar. Dan juga sesungguhnya dosa kecil itu dengan berniat melanggengkannya maka akan menjadi dosa besar. Karena niat seseorang dalam maksiat adalah maksiat (Dan tidak ada dosa besar dengan istigfar) Maksudnhya bertaubat dengan syarat syaratnya. Karena sesungguhnya bertaubat akan menghapus jejak kesalahan walaupun adanya dosa itu sebagai dosa besar. telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Ibnu Abbas tetapi riwayatnya dengan mendahulukan jumlah terakhir dari jumlah pertama.


Maqolah Ke 13: Ahli Marifat Dan Ahli Zuhud

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ : هَمُّ الْعَارِفِ الثَّنَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِجَمِيلِ صِفَاتِهِ (وَهَمُّ الزَّاهِدِ الدُّعَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْمُعْرِضِ عَنِ الزَّائِدِ عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ مِنَ الدُّنْيَا بِقَلْبِهِ الدُّعَاءُ وَهُوَ التَّضَرُّعُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِسُؤَالِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْخَيْرِ (لِأَنَّ هَمَّ الْعَارِفِ رَبُّهُ) لَا الثَّوَابُ وَلَا الْجَنَّةُ (وَهَمَّ الزَّاهِدِ نَفْسُهُ) أَيْ مَنْفَعَةُ نَفْسِهِ مِنَ الثَّوَابِ وَالْجَنَّةِ, فَفَرَقَ بَيْنَ مَنْ هِمَّتُهُ الْحُورُ وَهِمَّتُهُ رَفْعُ السُّتُورِ.


Maqolah yang ke tiga belas (Dikatakan : Cita cita seorang ahli ma'rifat adalah memuji) Maksudnya yang diinginkan seorang ahli ma'rifat billah adalah memuji kepada Allah dengan keindahan sifat sifat Allah (Dan cita cita seorang ahli zuhud adalah doa) Maksudnya yang menjadi keinginan berpaling dari tambahan atas barang yang melebihi kebutuhan dari dunia dengan hatinya adalah doa. Doa adalah memohon dengan kerendahan hati kepada Allah taala dengan meminta sesuatu di sisinya dari kebaikan (Karena sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli ma'rifat adalah rabbnya) Bukan ganjaran dan bukan pahala (Sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli zuhud adalah dirinya) Maksudnya kemanfaatan dirinya dari pahala dan surga. Maka berbeda antara orang yang cita citanya adalah bidadari dan orang yang cita citanya adalah diangkatnya tabir.


Maqolah Ke 14: Mengenal Allah dan diri sendiri

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ وَهُمُ الْأَوْلِيَاءُ (مَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ وَلِيًّا أَوْلَى مِنَ اللَّهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِاللَّهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ نَاصِرًا أَقْرَبَ مِنَ اللَّهِ وَأَكْثَرَ نُصْرَةً مِنْهُ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفِ اللَّهَ تَعَالَى (وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِنَفْسِهِ) أَيْ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَقْوَى مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَّارَةِ وَاللَّوَّامَةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفْ نَفْسَهُ.


Maqolah yang ke empat belas (Dari sebagian orang orang ahli hikmah) Dokter hati mereka adalah para wali (Barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada pelindung yang lebih utama daripada Allah maka sedikit ma'rifatnya kepada Allah ) Ma'nanya barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada penolong yang lebih dekat daripada Allah dan lebih banyak pertolongannya daripada pertolongan Allah maka sesungguhnya dia tidak mengenal kepada Allah Ta'ala (Barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih memusuhi daripada dirinya maka sedikit ma'rifatnya kepada dirinya sendiri) Maksudnya barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih kuat daripada dirinya sendiri yang senantiasa memerintahkan maksiat dan senantiasa mengajak mencela maka sesungguhnya dia tidak mengenal pada dirinya sendiri.


Source: https://lilmuslimin.com/terjemah-kitab-nashoihul-ibad-bab-2/
Editor: Imam Edi Siswanto





1 komentar:

80 Ribu Gerai KDMP Mulai Dibangun, PAI KUA Kalimanah Ikut Ambil Bagian

PAI KUA Kalimanah,  Azizah Dwi Purba (kanan) dan  Zamroni Irham saat menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan 80.000 gerai pergud...