![]() |
PAI KUA Kalimanah, Pujianto (dua dari kanan) saat membacakan teks kitab Nashoihul Ibad pada kajian rutin setiap Rabu di KUA Kalimanah, Purbalingga, Rabu (27/8/2025). (Foto: Azizah Dwi Purba) |
Purbalingga-Kajian rutin singkat namun cukup mendalam dihantarkan oleh PAI KUA Kalimanah Pujianto dan Sarah atau penjelasan oleh Prayitno, Rabu (27/8/2025).
Dalam penjelasannya, menurut Staf KUA Kalimanah yang akrab disapa Kyai Prayitno, menjelaskan bahwa, Dua Perkara yang Lebih Utama menekankan dua hal dalam agama yang sangat mulia, yaitu iman kepada Allah dan memberi manfaat kepada sesama Muslim.
BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/search/label/Kajian%20Kitab
Manfaat ini bisa diberikan dalam bentuk ucapan, kedudukan, harta, maupun tenaga. Rasulullah ﷺ juga menjelaskan bahwa orang yang tidak berniat menzalimi siapapun sejak pagi maka dosanya akan diampuni, dan yang berniat membantu orang lain akan mendapat pahala setara dengan haji mabrur.
Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, dengan amalan terbaik berupa menghilangkan kesedihan, kelaparan, atau beban utang dari seorang mukmin.
Sebaliknya, ada dua perkara yang paling buruk, yaitu syirik kepada Allah dan membahayakan kaum Muslimin, baik dalam bentuk fisik maupun harta. Seluruh ajaran Allah pada dasarnya kembali kepada dua hal: mengagungkan-Nya dan berbelas kasih kepada makhluk. Seperti dalam perintah shalat dan zakat atau syukur kepada Allah dan kedua orang tua.
Diceritakan pula kisah Uwais al-Qarni yang bertemu seorang pendeta, yang menyampaikan bahwa langkah awal seorang murid dalam spiritualitas adalah mengembalikan hak orang lain dan melepaskan diri dari beban kedzaliman, karena amal kebaikan tidak akan diterima selama masih ada tanggungan dosa atau kedzaliman terhadap sesama.
Bab 2 Maqolah 1: Dua Perkara yang Lebih Utama
(فمِنْهُ) أَيْ فَالْمَقَالَةُ الْأُوْلَى مِنَ الْمُنَبِّهَاتِ الثُّنَائِيَّةِ (مَا رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: خَصْلَتَانِ لاَ شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا: الْإِيْمَانُ بِاللهِ وَالنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِينَ) بِالْمَقَالِ أَوْ بِالْجَاهِ أَوْ بِالْمَالِ أَوْ بِالْبَدَنِ.
(Di antara Bab yang isinya dua dua) Maksudnya maqalah yang pertama dari bab munabbihat (Nasehat yang mengingatkan supaya bersiap menuju akhirat) yang isinya dua dua (Adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi bahwa Nabi bersabda : "Ada dua perkara tidak ada suatu amalan lain yang lebih utama daripada dua amalan itu yaitu beriman kepada Allah dan memberi manfaat kepada umat Islam".) Dengan ucapan atau dengan kedudukan atau dengan hartan atau dengan badan.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَصْبَحَ لَا يَنْوِي الظُّلْمَ عَلَى أَحَدٍ غُفِرَ لَهُ مَا جَنَى، وَ مَنْ أَصْبَحَ يَنْوِي نُصْرَةَ الْمَظْلُومِ وَقَضَاءَ حَاجَةِ الْمُسْلِمِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ مَبْرُورَةٍ".
Telah bersabda Rasulullah ﷺ :"Barang siapa yang masuk di waktu pagi tidak berniat dzolim kepada siapapun maka pasti akan diampuni atas kesalahan yang telah dilakukan. Barang siapa yang masuk di waktu pagi dia berniat menolong orang yang didzolimi dan memenuhi kebutuhan orang lain Maka perbuatan ini baginya seperti pahala haji yang mabrur.
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: "أَحَبُّ الْعِبَادِ إلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ، وَأَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ الْمُؤْمِنِ، يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كَرْبًا أَوْ يَقْضِي لَهُ دَيْنًا".
Telah bersabda Rasulullah ﷺ :"Hamba yang paling disukai oleh Allah adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia. Dan amalan yang paling utama adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang mukmin, dia usir rasa lapar dari orang mukmin atau dia hilangkan kesusahan dari orang mukmin atau dia bayarkan hutang bagi orang mukmin.
(وَخَصْلَتَانِ لَا شَيْءَ أَخْبَثُ) أَيْ أَنْجَسُ (مِنْهُمَا: الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُّرُّ لِلْمُسْلِمِينَ) فِي أَبْدَانِهِمْ أَوْ أَمْوَالِهِمْ فَإِنَّ جَمِيعَ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى تَرْجِعُ إلَى خَصْلَتَيْنِ: التَّعْظِيمِ للهِ تَعَالَى وَالشَّفَقَةِ لِخَلْقِهِ، كَقَوْلِهِ تَعَالَى: "أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ" [الْبَقَرَةِ: ٤٣]، وَقََوْلِهِ تَعَالَى: "اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ" [لُقْمَانَ: ١٤]. رُوِيَ عَنْ أُوَيْس الْقَرْنِ أَنَّهُ قَالَ: "مَرَرْتُ فِي بَعْضِ سِيَاحَتِي بِرَاهِبٍ، فَقُلْتُ یا رَاهِب، مَا أَوَّلُ دَرَجَةٍ يَرْقَاهَا الْمُرِيدُ؟، قَالَ رَدُّ الْمَظَالِمِ وَخِفَّةُ الظَّهْرِ مِنَ التَّبِعَاتِ، فَإِنَّهُ لَا يَصْعَدُ لِلْعَبْدِ عَمَلٌ وَعَلَيْهِ تَبِعَةٌ أَوْ مَظْلَمَةٌ.
(Ada dua perkara tidak ada perkara lain yang lebih buruk) maksudnya lebih kotor (dari pada dua perkara ini yaitu yang pertama syirik kepada Allah dan yang ke dua membahayakan orang Islam) pada fisiknya atau harta orang Islam. Karena semua perintah Allah itu merujuk pada dua perkara yaitu yang pertama mengagungkan Allah dan yang ke dua adalah berbelas kasih kepada makhluk. Seperti Firman Allah "Dirikanlah sholat dan bayarlah zakat" [Q.S Al-Baqarah : 34] dan firman Allah "bersyukurlah kamu kepadaku dan kepada kedua orang tua mu" [Q.S Luqman : 14].
Diriwayatkan dari Uwais al-Qarni, beliau berkata: "Saya melewati sebagian perjalanan saya di dekat seorang pendeta, lalu saya berkata, 'Wahai pendeta, apa tingkatan pertama yang harus dilalui seorang murid ?' Pertapa itu menjawab, 'mengembalikan hal hal yang diambil secara zalim dan ringankan beban dari tangguan tanggungan pada manusia, sungguh tidak bisa naik amal perbuatan bagi seorang hamba sedangkan atas hamba itu ada tanggungan dosa pada orang lain atau masih ada kedzoliman.”
![]() |
PAI, Penghulu Muda dan Staf KUA Kalimanah saat membacakan teks kitab Nashoihul Ibad pada kajian rutin setiap Rabu di KUA Kalimanah, Purbalingga, Rabu (27/8/2025). (Foto: Azizah Dwi Purba) |
Dua Perintah Agar Bergaul dengan Ulama
Materi maqalah kedua dalam Nashoihul ‘Ibad ini menekankan pentingnya duduk bersama para ulama yang mengamalkan ilmunya dan mendengarkan nasihat para ahli hikmah (hukama)
Karena ilmu dan hikmah mereka dapat menghidupkan hati yang mati, sebagaimana hujan menghidupkan tanah yang tandus. Rasulullah ﷺ juga menganjurkan agar umat Islam bergaul dengan orang-orang besar, bertanya kepada para ulama, dan bersahabat dengan para hukama.
Dijelaskan bahwa ulama terbagi tiga: ahli fatwa (ulama hukum), ahli ma'rifat (hukama), dan mereka yang menguasai keduanya (al-kubara’). Bergaul dengan orang-orang yang dekat dengan Allah ini akan memberi pengaruh besar dalam akhlak dan spiritualitas, bahkan manfaat dari pandangan mereka bisa lebih kuat daripada sekadar ucapan.
Dikisahkan pula Imam Suhrawardi yang mencari wajah orang-orang shalih dengan harapan mendapat kebahagiaan dari pandangan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan bisa datang hanya dari keberadaan dan perhatian para wali Allah.
Namun, Nabi ﷺ memperingatkan bahwa akan datang masa di mana umat Islam lari dari para ulama. Akibatnya, Allah akan menimpakan tiga musibah besar: dicabutnya keberkahan dari usaha mereka, ditimpakan pemimpin yang zalim, dan mereka meninggal dalam keadaan tidak beriman. Maka, kedekatan dengan ulama bukan hanya membawa manfaat duniawi, tapi juga penyelamat di akhirat.
Bab 2 Maqolah 2: Dua Perintah Agar Bergaul dengan Ulama
(وَ)الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ : (قَالَ) النَّبِيُّ (عَلَيْهِ السَّلَامُ : عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ) أَيْ الْعَامِلِينَ (وَاسْتِمَاعِ كَلَامِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْعَالِمِينَ بِذَاتِ اللَّهِ تَعَالَى الْمُصِيبِينَ فِى أَقْوَالِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ (فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحْيِى الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُورِ الْحِكْمَةِ) أَيْ الْعِلْمِ النَّافِعِ (كَمَا يُحْيِى الْأَرْضَ الْمَيِّتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ).
Maqolah yang kedua : (Telah bersabda) Nabi Muhammad (ﷺ : Tetaplah kamu beristiqomah duduk bersama para ulama) Yang mengamalkan ilmunya (dan mendengarkan perkataan orang orang yang ahli hikmah) Maksudnya ahli hikmah adalah orang yang marifat billah yang senantiasa tepat dalam setiap ucapan mereka dan setiap perbuatan mereka. (Sungguh Allah Subhanahu wata'ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah) Maksudnya ilmu yang bermanfaat (sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang kering dengan air hujan).
وَفِى رِوَايَةِ الطَّبَرَانِيِّ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ : (جَالِسُوا الْكُبَرَاءَ وَسَائِلُوا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَاءَ) وَفَى رِوَايَةٍ : (جَالِسِ الْعُلَمَاءَ وَصَاحِبِ الْحُكَمَاءَ وَخَالِطِ الْكُبَرَاءَ) أَيْ فَإِنَّ الْعُلَمَاءَ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ : الْعُلَمَاءُ بِأَحْكَامِ اللهِ تَعَالَى وَهُمْ أَصْحَابُ الْفَتْوَى؛ وَالْعُلَمَاءُ بِذَاتِ اللَّهِ فَقَطْ وَهُمْ الْحُكَمَاءُ فَفِي مُدَاخَلَتِهِمْ تَهْذِيبٌ لِلْأَخْلَاقِ لِأَنَّهُمْ أَشْرَقَتْ قُلُوبُهُمْ بِمَعْرِفَةِ اللهِ وَأَشْرَقَتْ أَسْرَارُهُمْ بِأَنْوَارِ جَلَالِ اللَّهِ. وَالْعُلَمَاءُ بِالْقِسْمَيْنِ وَهُمْ الْكُبَرَاءُ فَإِنَّ مُخَالَطَةَ أَهْلِ اللهِ تُكْسِبُ أَحْوَالًا سَنِيَّةً وَالنَّفْعُ بِاللَّحْظِ فَوْقَ النَّفْعِ بِاللَّفْظِ فَمَنْ نَفَعَكَ لَحْظُهُ نَفْعَكَ لَفْظُهُ وَمَنْ لَا فَلَا؛
Disebut dalam riwayat Imam Tobroni dari Imam Abu Hanifah Rasulullah ﷺ bersabda (Duduklah kalian semua bersama orang orang besar, dan bertanyalah kamu kepada para Ulama, dan berbaurlah kamu bersama orang orang yang ahli hikmah). Disebutkan dalam sebuah riwayat : (Duduklah di majelis ulama, dan bersahabatlah dengan para hukama dan bergaullah dengan orang orang besar.)
Maksudnya Ulama ada tiga macam : Yang pertama Ulama yang mempunyai ilmu tentang hukum hukum Allah, mereka adalah orang orang yang berhak memberi fatwa.
Yang kedua orang orang yang mengerti tentang dzat Allah saja, merekalah orang orang ahli hikmah. Bergaul dengan mereka akan menghaluskan akhlaq. Karena sesungguhnya mereka benar benar bersinar hatinya dengan marifatullah dan bersinar ruh ruh mereka dengan cahaya keagungan Allah.
Ulama dua bagian tadi mereka adalah Al-Kubarao / orang orang besar. Sungguh berbaur dengan orang orang yang marifat billah akan menghasilkan sikap sikap yang mulia. Mendapatkan manfaat karena diperhatikan ulama itu melebihi kemanfaatan lafadz / ucapan. Barang siapa ulama yang bermanfaat bagimu perhatiannya maka akan bermanfaat pula kepadamu ucapannya. Barang siapa ulama yang tidak memberi perhatian kepadamu maka tidak akan bermanfaat pula kepadamu ucapannya.
وَكَانَ السُّهْرَوَرْدِيُّ يَطُوفُ فِى بَعْضِ مَسْجِدِ الْخَيْفِ بِمِنًى يَتَصَفَّحُ الْوُجُوهَ فَقِيلَ لَهُ فِيهِ فَقَالَ : إِنَّ لِلَّهِ عِبَادًا إِذَا نَظَرُوا إِلَى شَخْصٍ أَكْسَبُوهُ سَعَادَةً فَأَنَا أَطْلُبُ ذَلِكَ.
Adalah Imam Suhrowardi beliau towaf di masjid khoif yang ada di mina sambil memcari cari wajah orang kemudian beliau ditanya tentang perbuatannya maka ia menjawab "sesungguhnya Allah mempunyai hamba hamba, jika hamba itu menatap pada seseorang mereka memberikan kepada orang yang mereka tatap itu sebuah kebahagiaan. Saya sedang mencari yang demikian itu."
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِي يَفِرُّونَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيهِمُ اللَّهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ : أُولَاهَا يَرْفَعُ اللَّهُ الْبَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ ، وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا ، وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُونَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيمَانٍ).
Nabi ﷺ bersabda (akan datang suatu zaman pada umatku di zaman itu umatku akan lari dari ulama dan fuqoha maka Allah akan memberikan cobaan kepada umat yang menjauhi ulama dengan tiga musibah : yang pertama dari musibah itu Allah akan menghapus keberkahan dari hasil kerja mereka yang kedua Allah akan menguasakan untuk memimpin mereka semua sultan yang dzolim yang ketiga mereka keluar meninggalkan dunia tanpa iman).
Sumber: lilmuslimin.com
Editor: Imam Edi Siswanto
Syukron katsir ilmunya tadz...semoga qt bsa istikomah dekat dg 'ulama.
BalasHapus