Rabu, 19 November 2025

#12 Kajian Kitab Nashoihul ‘Ibad: Memahami Tiga Maqolah tentang Keluhan, Hakikat Hidup, dan Akhlak

Pegawai KUA Kalimanah Purbalingga saat mengikuti kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 12 dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (19/11/2025). (Foto: Imam Edi Siswanto)

Purbalingga-Kajian rutin Kitab Nashoihul edisi ke 12 Rabu pagi KUA Kalimanah Seperti biasa kajian dihantarkan oleh Staf KUA Kalimanah Amin Muakhor dan penjelasan makna serta kandungan Bab 2 Maqolah 1 oleh Staf KUA Kalimanah, Prayitno dan Bab 2 Maqolah 2 sampai 3 oleh PAI KUA Kalimanah Pujianto, Rabu (19/11/2025). 

Dalam penjelasanya, disampaikan simpulan umum tiga maqolah (Bab Tsulatsiy / Bab 3), yakni.

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/search/label/Kajian%20Kitab 

Maqolah 1 – Tentang Keluhan, Ridho, dan Adab Hati
Maqolah ini menekankan tiga ajaran pokok:

1. Tidak pantas mengeluh kepada manusia tentang sempitnya rezeki
Siapa yang mengeluh kepada manusia tentang rezeki seakan mengeluh kepada Allah.
Keluhan yang benar hanya ditujukan kepada Allah karena ia termasuk bentuk doa.

2. Mengeluh tentang urusan dunia = tidak ridho kepada takdir Allah
Orang yang bangun pagi dalam keadaan sedih karena persoalan dunia berarti sedang marah kepada Allah, karena ia tidak ridho, tidak sabar, dan tidak mengakui qadha-qadar Allah.

3. Merendah kepada orang kaya karena hartanya merusak agama
Menghormati orang hanya karena kekayaannya menyebabkan hilangnya dua pertiga agama, sebab kemuliaan manusia seharusnya karena ilmu dan keshalihannya, bukan karena harta.

4. Prinsip hidup seorang mukmin
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, seorang mukmin selalu berada dalam tiga keadaan:

Melaksanakan perintah Allah
Menjauhi larangan
Ridho terhadap takdir

Dan seorang mukmin seharusnya selalu membawa tiga hal ini dalam hati, ucapan, dan seluruh anggota tubuhnya. 

Pegawai KUA Kalimanah Purbalingga saat mengikuti kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 11 dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (5/11/2025). (Foto: Rizal)
Maqolah 2 – Hakikat Kaya, Muda, dan Sehat
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq menjelaskan tiga hal yang tidak dapat dicapai dengan tiga cara yang salah:

1. Kekayaan tidak didapat dengan angan-angan
Banyak berkhayal tidak membuat seseorang kaya; kekayaan datang dari pembagian Allah dan usaha yang benar.

2. Muda tidak diraih dengan mengecat rambut
Mengecat rambut tidak mengembalikan usia. Hakikat muda tidak terletak pada tampilan luar, tetapi pada kesehatan, amal, dan jiwa.

3. Kesehatan tidak semata-mata dari obat
Obat hanyalah sebab; kesembuhan hakiki berasal dari Allah.

Inti nilai maqolah:
Manusia harus realistis, tidak tertipu oleh penampilan, dan yakin bahwa segala hasil berasal dari kehendak Allah.

Maqolah 3 – Tiga Setengah Kebaikan: Akal, Ilmu, dan Ma’isyah
Dari Sayyidina Umar r.a., terdapat tiga sifat yang bernilai “setengah” dari tiga hal penting: 

1. Baik dalam bergaul (tawaddud/mudaroh) = setengah akal
Lemah lembut kepada manusia dianggap sedekah.
Contoh dari Nabi ﷺ:
– tidak pernah mencela makanan
– tidak membentak pembantu
– tidak memukul istri

Mudaroh adalah bersikap baik untuk menjaga agama (berbeda dengan mudahanah: bersikap manis demi keuntungan dunia).

2. Baik dalam bertanya = setengah ilmu
Ilmu diperoleh dengan bertanya.
Pertanyaan yang benar adalah jalan utama untuk memahami ilmu agama.

3. Baik dalam mengatur urusan = setengah penghidupan
Pengelolaan (tadbir) yang baik—yaitu menimbang akibat sebelum bertindak—adalah rahasia keberhasilan dalam mencari nafkah dan menjalani kehidupan.

Lebih jelasnya, melansir dari lilmuslimin.com, sebagai berikut.

Bab 3 Maqolah 1

الْمَقَالَةُ الْأُولَى (رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِي وَقْتِ الصَّبَاحِ (وَهُوَ يَشْكُوْ) إِلَى النَّاسِ (ضِيْقَ الْمَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُوْ رَبَّهُ) وَالشِّكَايَةُ لَا تَلِيْقُ إلَّا إلَى اللّٰهِ، فَإِنَّهَا مِنْ جُمْلَةِ الدُّعَاءِ.

Maqolah yang pertama (Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : Barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu subuh (Dan ia mengeluh) Kepada manusia (Tentang kesempitan hidup maka seakan akan ia mengeluh kepada tuhannya) Sedangkan mengeluh tidaklah layak kecuali kepada Allah karena sesungguhnya mengeluh adalah sebagian dari jumlah doa.


أَمَّا الشِّكَايَةُ إلَى النَّاسِ فَهِيَ مِنْ عَلَامَاتِ عَدَمِ الرِّضَا بِقِسْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى لَهُ، كَمَا رُوِيَ عَنْ عَبْدِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أُعَلِّمُكُمُ الْكَلِمَاتِ الَّتِيْ تَكَلَّمَ بِهَا مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حِيْنَ جَاوَزَ الْبَحْرَ مَعَ بَنِيْ إسْرَائِيْلَ؟"، فَقُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللّٰهِ ، قَالَ : قُوْلُوْا اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ. قَالَ الْأَعْمَشُ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ شَقِيْقِيْ اَلْأَسَدِيِّ الْكُوْفِيِّ, وَهُوَ عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ.

Adapun mengeluh kepada manusia maka itu adalah tanda tidak adanya ridho terhadap bagian dari Allah Ta'ala untuknya. Sebagai mana telah diriwayatkan dari abdullah bin Mas'ud beliau berkata : Telah bersabda Rasulullahi :"Apakah tidak aku memberitahukan kepada kalian beberapa kalimat yang telah berkata dengan kalimat itu nabi musa alaihissalam ketika ia melintasi lautan bersama bani israil ?" Maka kami berkata tentu wahai Rasulullah, Rasulullah ﷺ bersabda : "Ucapkanlah oleh kalian Ya Allah hanya milikmu segala puji dan hanya kepadamulah tempat mengeluh dan kamu adalah yang dimintai pertolongan. Tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang maha luhur dan agung." Telah berkata A'mas maka aku tidak pernah meninggalkan doa itu sejak aku mendengar kalimat itu dari saudara kandungku Asadi bangsa kufi, dan A'mas menerimanya dari Abdullah Radhiallahu Anhu.

قَالَ الْأَعْمَشُ أَتَانِي آتٍ فِى الْمَنَامِ فَقَالَ: يَا سُلَيْمَانُ زِدْ فِى هٰذِهِ الْكَلِمَاتِ وَنَسْتَعِيْنُكَ عَلَى فَسَادٍ فِيْنَا، وَنَسْأَلُكَ صَلَاحَ أَمْرِنَا كُلِّهِ.

Telah berkata A'mas telah datang kepadaku orang yang datang dalam mimpi kemudian ia berkata : Wahai Sulaiman tambahkanlah pada kalimat ini. Aku meminta pertolongan kepadamu atas kerusakan dalam diri kami, dan kami meminta kepadamu atas keperluan urusan kami semua seluruhnya.

(وَمَنْ أَصْبَحَ) أَيْ دَخَلَ فِى الصَّبَاحِ (لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِينًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَى اللّٰهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ حَزِنَ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا فَقَدْ غَضِبَ عَلَى اللّٰهِ، لِأَنَّهُ لَمْ يَرْضَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِهِ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِقَدَرِهِ لِأَنَّ كُلَّ مَا وَقَعَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ بِقَضَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى وَقَدَرِهِ (وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ) أَيْ لِأَنَّ الشَّرِيْعَةَ أَنْ يَكُوْنَ تَعْظِيْمُ النَّاسِ لِأَجْلِ صَلَاحِهِ وَلِأَجْلِ عِلْمِهِ دُوْنَ التَّعْظِيْمِ لِأَجْلِ مَالِهِ، فَإِنَّ مَنْ أَكْرَمَ الْمَالَ أَهَانَ الْعِلْمَ وَالصَّلَاحَ.

(Dan barang siapa masuk waktu subuh) Maksudnya masuk di waktu subuh (Karena urusan dunia seraya mengeluh maka sungguh ia telah masuk waktu subuh seraya murka kepada Allah) Makna orang yang mengeluh atas urusan dunia maka sungguh ia telah murka kepada Allah, karena sesungguhnya ia tidak ridho atas qodho Allah dan ia tidak bersabar atas cobaannya dan ia tidak beriman atas kodarnya karena sesungguhnya setiap perkara yang terjadi di dunia maka setiap perkara yang terjadi itu sebab qodho dari Allah dan sebab qodar dari Allah (Dan barang siap merendah kepada orang kaya karena kekayaan orang itu maka sungguh telah hilang dua pertiga agamanya) Maksudnya karena sesungguhnya syariat itu mengagungkan manusia karena kesholehannya dan karena keilmuannya bukan mengagungkan karena hartanya. Sungguh orang yang memuliakan harta ia telah merendahkan ilmu dan kesholehan.

قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ: لَا بُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ أَمْرٍ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٍ يَجْتَنِبُهُ وَقَدَرٍ يَرْضَى بِهِ، فَأَقَلُّ حَالَاتِ الْمُؤْمِنِ لَا يَخْلُوْ فِيْهَا مِنْ أَحَدِ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ الثَّلَاثَةِ، فَيَنْبَغِي لَهُ أَنْ يُلْزِمَ هَمَّهَا قَلْبَهُ وَيُحَدِّثَ بِهَا نَفْسَهُ وَيَأْخُذَ الْجَوَارِحَ بِهَا فِي سَائِرِ أَحْوَالِهِ اهْ.

Telah berkata tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasallahu Sirrohu: Tidak boleh tidak bagi setiap orang mu'min dalam setiap keadaannya dari tiga perkara: Yang pertama perintah yang ia melaksanakannya yang kedua larangan yang ia menjauhinya yang ketiga qodar yang ia ridho padanya. Maka paling sedikit keadaan orang mu'min adalah tidak kosong dalam keadaan itu salah satu dari tiga perkara ini, maka penting bagi orang mu'min mengharuskan dirinya mementingkan tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membisikkan tentang tiga perkara ini ke dalam hatinya dan membawa anggota badan bersama tiga perkara ini dalam setiap keadaannya.

Bab 3 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (عَنْ أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَلَاثٌ لَا تُدْرَكُ بِثَلَاثٍ) أَيْ ثَلَاثُ خِصَالٍ لَا تُطْلَبُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ (اَلْغِنَى بِالْمُنَى) بِضَمِّ الْمِيْمِ جَمْعُ مُنْيَةٍ، أَيْ فَلَا يَحْصُلُ الْغِنَى بِالْأَمَانِى بَلْ بِالْقِسْمَةِ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى (وَالشَّبَابُ بِالْخِضَابِ) فَلَا يَحْصُلُ الشَّبَابُ بِخِضَابِ الشَّعْرِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ (وَالصِّحَّةُ بِالْأَدْوِيَةِ) فَلَا تَحْصُلُ الصِّحَّةُ بِنَفْسِ الْأَدْوِيَةِ بَلْ بِشِفَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى.

Maqolah yang ke dua (Dari Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu: Tiga perkara yang tidak bisa dicapai dengan tiga perkara) Maksudnya tiga perkara yang tidak bisa dicari dengan tiga perkara (Yang pertama kaya dengan cara melamun) Dengan mendhommahkan huruf mim, lafad مُنَى adalah jamak dari lafad مُنْيَةٌ. Maksudnya maka tidak akan bisa hasil kekayaan dengan cara melamun akan tetapi bisa hasilnya kekayaan sebab ada bagian dari Allah ta'ala (Yang kedua muda dengan mewarnai rambut) Maka tidak akan bisa hasil muda dengan cara menyemir rambut menggunakan hena dan semisalnya (Yang ketiga sehat dengan obat-obatan) Maka tidak akan bisa hasil kesehatan dengan dzat obat-obatan akan tetapi bisa hasilnya kesehatan itu sebab kesembuhan dari Allah Ta'ala.

Bab 3 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: حُسْنُ التَّوَدُّدِ) أَيْ الْمَحَبَّةِ (إِلَى النَّاسِ نِصْفُ الْعَقْلِ) كَمَا رَوَى ابْنُ حِبَّانَ وَالطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقَىُّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مُدَارَاةُ النَّاسِ صَدَقَةٌ" أَيْ مُلَاطَفَةُ النَّاسِ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ يُثَابُ عَلَيْهَا ثَوَابَ الصَّدَقَةِ، وَكَانَ مِنْ مُدَارَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَا يَذُمُّ طَعَامًا وَلَا يَنْهَرُ خَادِمًا وَلَا يَضْرِبُ امْرَأَةً. وَالْمُدَارَاةُ هِيَ تَرْكُ الدُّنْيَا لِأَجْلِ الدِّينِ عَكْسُ الْمُدَاهَنَةِ (وَحُسْنُ السُّؤَالِ) أَيْ لِلْعُلَمَاءِ (نِصْفُ الْعِلْمِ) لِأَنَّ الْعِلْمَ يَحْصُلُ بِهِ (وَحُسْنُ التَّدْبِيرِ) أَيْ إِجْرَاءُ الْأُمُورِ عَلَى عِلْمِ الْعَوَاقِبِ (نِصْفُ الْمَعِيشَةِ) وَهِيَ مَكْسَبُ الْإِنْسَانِ الَّذِي يَعِيشُ بِسَبَبِهِ.

Maqolah yang ke tiga (Dari Umar Radhiallahu Anhu: Baiknya rasa sayang) Maksudnya cinta (Kepada manusia adalah setengah dari aqal) Sebagaimana telah meriwayatkan Imam Ibnu Hibban dan Imam Thobroni dan Imam Al-Baihaqi dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda: "lemah lembut kepada manusia adalah sodaqoh" Maksudnya lemah lembut kepada manusia dengan ucapan dan perbuatan akan diberipahala pada orang yang lemah lembut dengan pahala sodaqoh, dan ada dari sebagian sifat lemah lembutnya Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi tidak pernah mencela pada makanan dan tidak pernah menyentak kepada pembantu dan tidak pernah memukul kepada istri. Mudaroh adalah meninggalkan dunia karena agama kebalikan dari mudahanah (Dan baiknya bertanya) Maksudnya kepada Ulama (Adalah setengah dari Ilmu) Karena sesungguhnya ilmu itu akan hasil sebab bertanya (Dan baiknya mengelola) Maksudnya mengelola setiap perkara karena mengetahui akibatnya (Adalah setengah dari ma'isyah) Ma'isyah adalah pekerjaan manusia yang ia bisa hidup sebab pekerjaannya.

Source: https://lilmuslimin.com/terjemah-kitab-nashoihul-ibad-bab-3/
Editor: Imam Edi Siswanto 

 


1 komentar:

#12 Kajian Kitab Nashoihul ‘Ibad: Memahami Tiga Maqolah tentang Keluhan, Hakikat Hidup, dan Akhlak

Pegawai KUA Kalimanah Purbalingga saat mengikuti kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 12 dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Naw...