Rabu, 22 Oktober 2025

#9 Kajian Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 18 - 22: Meninggalkan Dua Perkara - Dua kiat untuk menyempurnakan akal

KUA Kalimanah Purbalingga dengan kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 9  dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (22/10/2025). (Foto: Imam Edi Siswanto)

Purbalingga-Kajian dari maqolah 18–22 ini mengandung inti pesan tentang manusia akan mencapai kejernihan hati dan kecerdasan akal bila mampu meninggalkan dosa serta menjaga diri dari hal-hal yang haram. Ilmu dan ketaatan kepada Allah menjadi kunci kemuliaan, bahkan meski seseorang jauh dari kampung halamannya.

Sebaliknya, kebodohan dan maksiat menjatuhkan derajat manusia di mana pun ia berada. Orang yang dekat dengan Allah melalui ketaatan akan merasa asing di tengah manusia, namun justru itulah ciri kedekatannya dengan kebenaran. Maka, sempurnakanlah akal dan jiwa dengan ilmu, amal, kesederhanaan, dan kesetiaan kepada perintah Allah.

BACA: https://kuakalimanah.blogspot.com/search/label/Kajian%20Kitab

Kelima maqolah ini menekankan pentingnya tiga hal: (a) kualitas batin melalui menjauhi maksiat dan menghalalkan rezeki; (b) penghormatan terhadap ilmu, amal, dan akal sehat; (c) keberanian untuk berbeda ketika ketaatan kepada Allah menempatkan kita di luar arus kebiasaan. Dengan demikian, akhlak seorang hamba yang baik dibangun dari hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakat.

KUA Kalimanah Purbalingga dengan kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 9  dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (22/10/2025). (Foto: Imam Edi Siswanto)

Seperti biasa, kajian rutin edisi ke 9 Rabu pagi KUA Kalimanah yang singkat namun cukup mendalam ini dihantarkan sekaligus penjelasan makna dan kandungan oleh Staf KUA Kalimanah, Amin Muakhor dan Prayitno, Rabu (22/9/2025).

Berikut ringkasan dari isi Nashoihul Ibad Bab 2, Maqolah 18 sampai 22.

1. Maqolah 18 – “Meninggalkan dua perkara”
Barang siapa yang meninggalkan dosa‑dosa maka hatinya menjadi lembut dan menerima nasihat. Dan siapa yang menjaga diri dari perkara haram—dalam makanan, pakaian, dan lainnya—serta mengonsumsi yang halal, maka pikirannya menjadi jernih. Hal ini karena ciptaan‑ciptaan Allah mengajak untuk merenungkan keesaan, kekuasaan, dan ilmu-Nya.
Pelajaran: Kebersihan lahir‑batin tercapai melalui menjauhi maksiat dan menghalalkan rezeki.

2. Maqolah 19 – “Dua wahyu Allah kepada Nabi‑Nya”
(termasuk dalam rentang, meskipun tidak diminta secara spesifik) Dikatakan bahwa Allah mewahyukan kepada beberapa nabi: “Taatilah Aku dalam perkara yang Aku perintahkan, dan jangan kamu mendurhakaiku dalam perkara yang Aku nasihatkan.” Maksudnya: ikutilah perintah yang mengandung kebaikan, dan jangan berpaling dari larangan yang mengandung kerusakan.
Pelajaran: Ketaatan bukan hanya aktif, tetapi juga menghindari perkara yang dilarang.

3. Maqolah 20 – “Dua kesempurnaan akal”
Sempurnanya akal adalah mengikuti ridha Allah dan menjauhi murka-Nya. Menyelisihi seluruh itu disebut “gila”.
Pelajaran: Akal yang sehat mengarahkan seseorang ke taat dan mencegah dari murka Allah.

4. Maqolah 21 – “Dua perbedaan”
“Tidak ada keterasingan bagi orang yang unggul, dan tidak ada tanah air bagi orang bodoh.“ Maksudnya: orang yang memiliki ilmu dan amal baik dihormati dan diterima di manapun ia berada; dengan demikian setiap negeri menjadi “tanah air”-nya meskipun ia orang asing. Sebaliknya, orang yang bodoh tidak memiliki tempat yang benar untuk disebut rumah.
Pelajaran: Martabat seseorang bergantung pada ilmu dan amal, bukan asal-usul atau status sosial.

5. Maqolah 22 – “Dua kiat untuk menyempurnakan akal”
“Barang siapa yang dengan ketaatannya di sisi Allah dekat, maka ia di tengah‑tengah manusia menjadi terasing.” Maksudnya: orang yang senang menyibukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah akan merasakan seperti “asing” di tengah manusia karena perhatian utamanya bukan pada keramaian duniawi.

Bab 2 Maqolah 18 : Meninggalkan Dua Perkara

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: "مَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ رَقَّ قَلْبُهُ) فَيَقْبَلُ النَّصِيحَةَ وَيَخْشَعُ لَهَا (وَمَنْ تَرَكَ الْحَرَامَ) فِي الْمَطْعُومِ وَالْمَلْبُوسِ وَغَيْرِهِمَا (وَأَكَلَ الْحَلَالَ صَفَّتْ فِكْرَتُهُ") عَلَى مَصْنُوعَاتِ اللَّهِ تَعَالَى الدَّالَّةِ عَلَى إحْيَاءِ اللَّهِ تَعَالَى الْخَلْقَ بَعْدَ الْمَوْتِ وَعَلَى وَحْدَتِهِ تَعَالَى وَقُدْرَتِهِ وَعِلْمِهِ،

Maqolah yang ke delapan belas (Dikatakan: Barang siapa yang meninggalkan dosa-dosa maka pasti akan menjadi halus hatinya) Maka hatinya menerima pada nasihat dan hatinya tunduk pada nasihat (Barang siapa yang meninggalkan perkara-perkara haram) Pada masalah makanan dan pakaian dan dari selain keduanya (Kemudian dia memakan makanan halal maka pasti akan menjadi bening fikirannya) atas ciptaan ciptaan Allah Ta'ala yang menunjukkan atas kuasa Allah menghidupkan makhluk sesudah mati dan berfikir atas keesaan Allah Ta'ala dan atas kekuasaan Allah dan atas Ilmu Allah.

وَذَلِكَ بِأَنْ تَأَمَّلَ بِفِكْرِهِ وَتَدَبَّرَ بِعَقْلِهِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَهُ مِنْ نُطْفَةٍ فِي الرَّحِمِ فَجَعَلَهَا عَلَقَةً ثُمَّ مُضْغَةً ثُمَّ خَلَقَ مِنْهَا لَحْمًا وَعَظْمًا وَعُرُوقًا وَأَعْصَابًا وَشَقَّ لَهَا سَمْعًا وَبَصَرًا وَأَعْضَاءً, ثُمَّ سَهَّلَ الْخُرُوجَ لِلْجَنِينِ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ وَأَلْهَمَهُ ارْتِضَاعَ الثَّدِيِ وَجَعَلَهُ فِي أَوَّلِ الْأَمْرِ بِلَا أَسْنَانٍ ثُمَّ أَنْبَتَ لَهُ الْأَسْنَانَ ثُمَّ أَسْقَطَهَا وَأَزَالَهَا عِنْدَ سَبْعِ سِنِينَ ثُمَّ أَعَادَهَا مَرَّةً أُخْرَى وَجَعَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَحْوَالَ الْعَبْدِ مُتَغَيِّرَةً مِنْ صِغَرٍ إِلَى كِبَرٍ وَمِنْ شَبَابٍ إِلَى هَرَمٍ وَمِنْ صِحَّةٍ إِلَى سَقَمٍ وَجَعَلَ الْعَبْدَ كُلَّ يَوْمٍ يَنَامُ وَيَسْتَيْقِظُ, وَكَذَلِكَ شُعُورُهُ وَأَظْفَارُهُ كُلَّمَا سَقَطَ مِنْهَا رَجَعَ إِلَى مَا كَانَ، وَكَذَلِكَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ يَتَنَاوَبَانِ كُلَّمَا ذَهَبَ أَحَدُهُمَا جَاءَ الْآخَرُ، وَكَذَلِكَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالسَّحَابُ وَالْمَطَرُ كُلُّهَا تَجِىءُ وَتَذْهَبُ وَكَذَلِكَ الْقَمَرُ يَنْمَحِقُ كُلَّ شَهْرٍ ثُمَّ يَتَكَامَلُ ثُمَّ يَنْمَحِقُ، وَكَذَلِكَ الْكُسُوفُ لِلشَّمْسِ وَالْقَمَرِ حَيْثُ يَذْهَبُ الضَّوْءُ مِنْهَا ثُمَّ يَعُودُ، وَكَذَلِكَ الْأَرْضُ تَكُونُ يَابِسَةً ثُمَّ يُنْبِتُ اللَّهُ فِيهَا النَّبَاتَ ثُمَّ يَذْهَبُ مِنْهَا فَتَعُودُ يَابِسَةً ثُمَّ تُنْبِتُ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى، فَاَلَّذِى قَدَرَ عَلَى ذَلِكَ كُلِّهِ قَادِرٌ عَلَى إِحْيَاءِ الْمَوْتَى بَعْدَ فَنَائِهِمْ فِى الْأَرْضِ، فَعَلَى الْعَبْدِ أَنْ يُكْثِرَ الْفِكْرَ فِى ذَلِكَ حَتَّى يَقْوَى إيمَانُهُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَيَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُهُ وَيُجَازِيهِ بِأَعْمَالِهِ، فَعَلَى قَدْرِ قُوَّةِ إيمَانِهِ بِذَلِكَ يَجْتَهِدُ فِي الطَّاعَاتِ وَاجْتِنَابِ الْمُخَالَفَاتِ لِلشَّرْعِ.

Dan semua itu dengan meneliti menggunakan fikirannya dan merenung dengan akal sehatnya bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan ia dari setetes air mani di dalam rahim ibu kemudian Allah menjadikan setetes mani itu alaqoh kemudian menjadi segumpal daging kemudian Allah menciptakan dari segumpal daging itu daging dan tulang dan otot-otot dan saraf saraf dan Allah membagi dua untuknya pendengaran dan penglihatan dan anggota badan, kemudian Allah memudahkan keluarnya janin dari perut ibunya dan Allah mengilhami janin itu menyusu pada ibunya kemudian Allah menjadikan janin itu pada awal kelahiran tanpa gigi kemudian Allah menumbuhkan untuk janin itu gigi kemudian Allah memutus gigi itu kemudian Allah menghilangkan gigi itu pada umur tujuh tahun kemudian Allah mengembalikan gigi itu sekali lagi, kemudian Allah menjadikan tingkah laku seorang hamba berubah-ubah dari awal masa kecil hingga dewasa dan dari muda sampai pikun dan dari sehat sampai sakit dan Allah telah menjadikan seorang hamba setiap hari tidur dan bangun. 

Begitu juga dengan rambut-rambutnya dan kuku-kukunya setiap kali ia memotong kukunya maka kembali kuku itu pada kondisi semula. Begitu juga malam dan siang saling berganti setiap kali hilang salah satu dari keduanya maka datang yang lain. begitu juga matahari dan rembulan dan bintang-bintang dan mendung dan hujan setiap salah satu dari semuanya datang dan pergi. Begitu juga bulan menjadi kecil dari setiap bulan kemudian menjadi sempurna kemudian menjadi kecil. 

Dan begitu juga gerhana matahari dan gerhana bulan sekiranya menjadi hilang cahaya dari keduanya kemudian kembali. Begitu juga bumi ada yang kering kemudian Allah menumbuhkan di dalam bumi itu tumbuh-tumbuhan kemudian tumbuhan itu menghilang dari bumi kemudian Allah mengembalikan tanah itu menjadi kering kemudian bumi itu tumbuh sekali lagi setelah satu waktu, 

Maka dzat Allah yang kuasa atas itu semua adalah dzat yang kuasa menghidupkan yang mati sesudah rusaknya di bumi, Maka wajib atas seorang hamba memperbanyak berfikir tentang ciptaan Allah itu sehingga menjadi kuat imannya sampai dibangkitkan lagi sesudah mati dan sampai dia tahu bahwa Allah telah membangkitkan ia dan Allah akan membalas padanya atas amal-amalnya. Maka atas ukuran kekuatan imannya tentang perkara itu ia bersungguh sungguh dalam ketaatan dan ia menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hukum syariat.

Bab 2 Maqolah 19 : Dua Wahyu Allah kepada Nabinya

 الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (أُوحِيَ إِلَى بَعْضِ الأَنْبِيَاءِ: "أَطِعْنِي فِيْمَا أَمَرْتُكَ وَلاَ تَعْصِنِيْ فِيْمَا نَصَحْتُكَ") أَيْ فِيْمَا دَعَوْتُكَ إِلَى مَا فِيْهِ الصَّلَاحُ وَنَهَيْتُكَ عَمَّا فِيْهِ الْفَسَادُ.

Maqolah yang ke sembilan belas (Telah diwahyukeun kepada sebagian dari para nabi : "Taatilah aku dalam hal yang telah aku perintahkan ke padamu dan janganlah kamu bermaksiat ke padaku dalam hal yang telah aku nasehatkan ke padamu) Maksudnya dalam hal yang telah aku perintahkan kepadamu pada perkara yang di dalamnya ada kebaikan dan dalam hal yang telah aku larang kepadamu dari perkara yang di dalamnya ada kerusakan.

Bab 2 Maqolah 20 : Dua Kesempurnaan Akal

 الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: "إِكْمَالُ العَقْلِ اتَّبَاعُ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابُ سُخَطِهِ" ) أَيْ فَخِلَافُ ذَلِكَ جُنُوْنٌ.

Maqolah yang ke dua puluh (Dikatakan : Sempurnanya akal adalah mengikuti ridho Allah Ta'ala dan menjauhi murka Allah) Maksudnya menyelisihi semua itu adalah gila.

Bab 2 Maqolah 21: Dua Perbedaan

 الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: "لَا غُرْبَةَ لِلْفَاضِلِ وَلَا وَطَنَ لِلْجَاهِلِ") أَيْ الْمُتَّصِفِ بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ كَانَ مُكَرَّمًا مُعَظَّمًا عِنْدَ النَّاسِ فِي أَيِّ بَلَدٍ كَانَ، فَكَانَ كُلُّ بَلَدٍ عِنْدَهُ وَطَنًا وَلَوْكَانَ غَرِيبًا وَالْجَاهِلُ بِخِلَافِ ذَلِكَ.

Maqolah yang ke dua puluh satu (Dikatakan : "Tidak ada keterasingan bagi orang yang unggul dan tidak ada tempat tinggal bagi orang yang bodoh") Maksudnya orang yang disifati dengan ilmu dan amal jadilah ia dimulyakan dan diagungkan oleh manusia di daerah manapun ia berada, maka jadila setiap negara baginya adalah tanah air walaupun keberadaannya adalah sebagai orang asing, sedangkan orang bodoh bertentangan dengan itu semua.

Bab 2 Maqolah 22 : Dua Ciri yang Taat Kepada Allah

الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ : مَنْ كَانَ بِالطَّاعَةِ عِنْدَ اللَّهِ قَرِيبًا كَانَ بَيْنَ النَّاسِ غَرِيبًا) أَيْ مَنْ اسْتَأْنَسَ بِاشْتِغَالِ طَاعَةِ اللَّهِ تَعَالَى صَارَ مُسْتَوْحِشًا عَنْ النَّاسِ.

Maqolah yang ke dua puluh dua (Dikatakan : Barang siapa yang melakukan ketaatan kepada Allah dengan merasa dekat maka jadilah ia di antara manusia terasing) Maksudnya barang siapa yang menemukan kesenangan dengan sibuk taat kepada Allah maka ia pasti akan menjadi terasing dari para manusia.

Source: https://lilmuslimin.com/terjemah-kitab-nashoihul-ibad-bab-2/#google_vignette
Editor: Imam Edi Siswanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#9 Kajian Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 18 - 22: Meninggalkan Dua Perkara - Dua kiat untuk menyempurnakan akal

KUA Kalimanah Purbalingga dengan kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 9  dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu...