|
Kelima maqolah ini menekankan pentingnya tiga hal: (a) kualitas batin melalui menjauhi maksiat dan menghalalkan rezeki; (b) penghormatan terhadap ilmu, amal, dan akal sehat; (c) keberanian untuk berbeda ketika ketaatan kepada Allah menempatkan kita di luar arus kebiasaan. Dengan demikian, akhlak seorang hamba yang baik dibangun dari hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakat.
|
Berikut ringkasan dari isi Nashoihul Ibad Bab 2, Maqolah 18 sampai 22.
1. Maqolah 18 – “Meninggalkan dua perkara”
Barang siapa yang meninggalkan dosa‑dosa maka hatinya menjadi lembut dan menerima nasihat. Dan siapa yang menjaga diri dari perkara haram—dalam makanan, pakaian, dan lainnya—serta mengonsumsi yang halal, maka pikirannya menjadi jernih. Hal ini karena ciptaan‑ciptaan Allah mengajak untuk merenungkan keesaan, kekuasaan, dan ilmu-Nya.
Pelajaran: Kebersihan lahir‑batin tercapai melalui menjauhi maksiat dan menghalalkan rezeki.
2. Maqolah 19 – “Dua wahyu Allah kepada Nabi‑Nya”
(termasuk dalam rentang, meskipun tidak diminta secara spesifik) Dikatakan bahwa Allah mewahyukan kepada beberapa nabi: “Taatilah Aku dalam perkara yang Aku perintahkan, dan jangan kamu mendurhakaiku dalam perkara yang Aku nasihatkan.” Maksudnya: ikutilah perintah yang mengandung kebaikan, dan jangan berpaling dari larangan yang mengandung kerusakan.
Pelajaran: Ketaatan bukan hanya aktif, tetapi juga menghindari perkara yang dilarang.
3. Maqolah 20 – “Dua kesempurnaan akal”
Sempurnanya akal adalah mengikuti ridha Allah dan menjauhi murka-Nya. Menyelisihi seluruh itu disebut “gila”.
Pelajaran: Akal yang sehat mengarahkan seseorang ke taat dan mencegah dari murka Allah.
4. Maqolah 21 – “Dua perbedaan”
“Tidak ada keterasingan bagi orang yang unggul, dan tidak ada tanah air bagi orang bodoh.“ Maksudnya: orang yang memiliki ilmu dan amal baik dihormati dan diterima di manapun ia berada; dengan demikian setiap negeri menjadi “tanah air”-nya meskipun ia orang asing. Sebaliknya, orang yang bodoh tidak memiliki tempat yang benar untuk disebut rumah.
Pelajaran: Martabat seseorang bergantung pada ilmu dan amal, bukan asal-usul atau status sosial.
5. Maqolah 22 – “Dua kiat untuk menyempurnakan akal”
“Barang siapa yang dengan ketaatannya di sisi Allah dekat, maka ia di tengah‑tengah manusia menjadi terasing.” Maksudnya: orang yang senang menyibukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah akan merasakan seperti “asing” di tengah manusia karena perhatian utamanya bukan pada keramaian duniawi.
Bab 2 Maqolah 18 : Meninggalkan Dua Perkara
Bab 2 Maqolah 19 : Dua Wahyu Allah kepada Nabinya
Bab 2 Maqolah 20 : Dua Kesempurnaan Akal
Bab 2 Maqolah 21: Dua Perbedaan
Bab 2 Maqolah 22 : Dua Ciri yang Taat Kepada Allah
Source: https://lilmuslimin.com/terjemah-kitab-nashoihul-ibad-bab-2/#google_vignette
Editor: Imam Edi Siswanto