Berikut kesimpulan hikmah dan pesan dari Bab 2, Maqolah 23 sampai 30 dari Nashoihul Ibad:
- Ketaatan lahir dari pengenalan yang benar kepada Allah, semakin banyak seseorang beribadah dan taat, maka semakin tampak kema’rifatannya kepada Allah, karena perbuatan lahir mencerminkan kondisi batin. (Maqolah 23)
- Hambanya yang lalai terhadap nikmat Allah atau yang bersahabat dengan orang bodoh akan menunjukkan kebobrokan jiwa dan kerendahan akhlak. (Maqolah 26)
- Dunia dengan segala tipu dayanya serta kematian yang datang secara tiba-tiba mengingatkan kita agar senantiasa siap, tidak terlena dalam kesibukan dunia tanpa bekal akhirat. (Maqolah 27)
- Munajat dan rasa takut kepada Allah serta kerinduan untuk taat menunjukkan kekuatan spiritual seorang hamba—lisan yang berbisik dalam ketundukan lebih utama daripada lisan yang bersuara keras namun kosong dari rasa malu kepadaNya. (Maqolah 28 & 29)
- Pahitnya terputus dari Allah dan manisnya dekat kepadaNya, jika kita telah merasakan indahnya kedekatan dengan Allah, maka kita akan menyesali setiap saat yang terbuang jauh dari-Nya; dan sebaliknya, jauh dari-Nya adalah adzab besar bagi orang-baik. (Maqolah 30).
![]() |
| Suasana kajian rutin setiap Rabu Pagi edisi ke 10 dengan Kitab Nashoihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani, Rabu (29/10/2025). (Foto: Imam Edi Siswanto) |
Bab 2 Maqolah 23 : Dua Aktivitas Inti
الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ: حَرَكَةُ الطَّاعَةِ دَلِيلُ الْمَعْرِفَةِ، كَمَا أَنَّ حَرَكَةَ الْجِسْمِ دَلِيلُ الْحَيَاةِ) وَالْمَعْنَى أَنَّ إتْيَانَ الْعَبْدِ الطَّاعَةَ لِلَّهِ تَعَالَى عَلَامَةٌ عَلَى مَعْرِفَتِهِ للَّهِ، فَإِذَا كَثُرَتْ الطَّاعَةُ كَثُرَتْ الْمَعْرِفَةُ، وَإِذَا قَلَّتْ قَلَّتْ، لِأَنَّ الظَّاهِرَ مِرْآةُ الْبَاطِنِ.
Maqolah yang ke dua puluh tiga (Dikatakan : Gerakan ketaatan adalah tanda adanya kemarifatan, sebagaimana bahwa sesungguhnya gerakan badan adalah tanda adanya kehidupan) Ma'nanya sesungguhnya mendatangkannya seorang hamba pada ketaatan karna Allah Ta'ala adalah tanda atas kemarifatannya kepada Allah, ketika banyak ketaatan maka pasti akan banyak kema'rifatan dan ketika sedikit ketaatan maka pasti akan sedikit kema'rifatan karena sesungguhnya prilaku dzhohir adalah cermin bagi batin.
Bab 2 Maqolah 24 : Dua Sumber Dosa dan Fitnahالْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالْعِشْرُونَ (قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَصْلُ جَمِيعِ الْخَطَايَا حُبُّ الدُّنْيَا) وَهِيَ مَا زَادَ عَنِ الْحَاجَةِ (وَأَصْلُ جَمِيعِ الْفِتَنِ مَنْعُ الْعُشْرِ وَالزَّكَاةِ) وَهَذَا مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى الْخَاصِّ، لِأَنَّ الْعُشْرَ خَاصٌّ بِالزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ وَالزَّكَاةُ شَامِلَةٌ لِذَلِكَ, وَلِزَكَاةِ النَّقْدِ وَالْأَنْعَامِ وَلِزَكَاةِ الْبَدَنِ.
Maqolah yang ke dua puluh empat (Telah bersabda Nabi Muhammad ﷺ : "Pangkal seluruh dosa adalah cinta dunia) Yaitu perkara yang melebihi dari kebutuhan pokok (Dan pangkal seluruh fitnah adalah menahan dari membayar sepersepuluh dan menahan zakat) Athof lafadz ini adalah dari menathofkan lafadz umum pada lafadz yang lebih khusus, Karena sesungguhnya zakat persepuluh itu khusus bagi hasil tani dan buah buahan. Sedangkan lafadz zakat itu mencakup pada zakat hasil pertanian dan buah-buahan, dan mencapuk zakat emas dan ternak dan zakat fitrah.
Bab 2 Maqolah 25 : Dua Pengakuan Kelemahan Diri
الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالْعِشْرُونَ (قِيلَ : الْمُقِرُّ بِالتَّقْصِيرِ) أَيْ بِالْعَجْزِ عَنِ الطَّاعَةِ (أَبَدًا مَحْمُودٌ، وَالْإِقْرَارُ بِالتَّقْصِيرِ عَلَامَةُ الْقَبُولِ) لِأَنَّهُ إِشَارَةٌ إِلَى عَدَمِ الْعُجْبِ وَالْكِبْرِ.
Maqolah yang ke dua puluh lima (Dikatakan : Orang yang mengakui kelalaian dirinya) Maksudnya ketidak mampuan dari ketaatan (Selamanya terpuji dan mengakui kelalaian diri adalah tanda diterimanya amal) Karena sesungguhnya mengakui kelalaian diri adalah isyarat tidak adanya sifat ujub dan takabur.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 26 : Dua Perbuatan Tercela
الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قِيْلَ: كُفْرَانُ النِّعْمَةِ لُؤْمٌ) أَيْ عَدَمُ شُكْرِ لِلنِّعْمَةِ دَلِيلٌ عَلَى دَنَاءَةِ النَّفْسِ (وَصُحْبَةُ الْأَحْمَقِ) وَهُوَ وَاضِعُ الشَّيْءِ فِي غَيْرِ مَحَلِّهِ مَعَ الْعِلْمِ بِقُبْحِهِ (شُؤمٌ) أَيْ غَيْرُ مُبَارَكٍ، كَمَا رَوَى الطَّبَرَانِيُّ عَنْ بَشِيْرٍ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اِصْرِمِ الْأَحْمَقَ" بِكَسْرِ الْهَمْزَةِ وَالرَّاءِ أَيْ اِقْطَعْ وُدَّهُ، وَالْمَعْنَى لَا تُصَاحِبْهُ لِقُبْحِ حَالَتِهِ وَلِأَنَّ الطِّبَاعَ سَرَّاقَةٌ وَقَدْ يَسْرِقُ طَبْعُكَ مِنْهُ.
Maqolah yang ke dua puluh enam (Dikatakan : Mengkufuri nikmat adalah kehinaan) Maksudnya tidak adanya rasa mensyukuri nikmat menjadi tanda atas kehinaan diri (Dan menemani orang bodoh) Ahmak adalah orang yang menempatkan satu perkara pada selain tempatnya bersamaan dengan pengetahuan tentang jeleknya perkara itu (Adalah kesialan) Maksudnya tidak diberkahi, Sebagai mana telah meriwayatkan Imam At-Thobroni dari Basyir Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : "Putuskanlah hubunganmu dengan orang yang bodoh" Lafadz اِصْرِمْ dengan mengkasroh hamzah dan ro Maksudnya putuskanlah rasa suka padanya. Ma'nanya adalah kamu jangan menemaninya sebab jelek tingkah lakunya dan karena sesungguhnya karakter itu gampang mencuri dan terkadang mencuri tabiatmu darinya.
وَرَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيْهِ كَتَبَهُ اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ لَمْ تَكُوْنَا فِيْهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا: مَنْ نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ فَحَمِدَ اللّٰهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللّٰهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ نَظَرَ فِى دِيْنِهِ إلَى مَنْ هُوَ دُوْنَهُ وَنَظَرَ فِى دُنْيَاهُ إلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللّٰهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا" اهْ. هَذَا الْحَدِيْثُ جَامِعٌ لِجَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَيْرِ.
Telah meriwayatkan Imam Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : "Dua perkara barang siapa yang ada dua perkara itu dalam dirinya maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan orang yang sabar. Barang siapa yang tidak ada dua perkara itu dalam dirinya maka Allah tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai orang yang sabar : Barang siapa yang melihat dalam agamanya kepada orang yang lebih tinggi darinya maka ia mengikutinya dan ia melihat dalam masalah dunianya kepada orang yang lebih rendah darinya kemudian ia memuji kepada Allah atas perkara yang Allah telah melebihkan kepadanya dengan dunia di atas orang itu maka pasti Allah akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan sebagai orang yang sabar. Barang siapa melihat dalam urusan agamanya kepada orang yang lebih rendah darinya dan melihat dalam urusan dunia kepada orang yang di atasnya kemudian ia menyesal atas perkara yang telah luput darinya maka Allah tidak akan menuliskannya sebagai orang yang bersyukur dan tidak juga sebagai orang yang bersabar". Hadist ini merangkum pada seluruh macam kebaikan.
Bab 2 Maqolah 27 : Dua Kerugian
الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ الشَّاعِرُ:) مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوِّ :
| قَدْ غَرَّهُ طُوْلُ الْأَمَلِ | * | (يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اشْتَغَلْ |
| حَتّى دَنَا مِنْهُ الْأَجَلُ | * | أَوْ لَمْ يَزَلْ فِى غَفْلَةٍ |
| وَالْقَبْرُ صُنْدُوْقُ الْعَمَلِ | * | الْمَوْتُ يَأْتِي بَغْتَةً |
| لَا مَوْتَ إِلَّا بِالْأَجَلِ) | * | إِصْبِرْ عَلَى أَهْوَالِهَا |
Maqolah yang ke dua puluh tujuh (Telah berkata seorang penyair :) Dari bahar kamil yang dikurangi satu wazan.
| (Wahai orang yang sibuk dengan urusuan dunia | * | Telah menipu kepadanya panjang angan angan |
| Atau orang yang tidak henti hentinya lalai | * | Sampai dekat kepadanya ajal |
| Maut akan datang secara serentak | * | Dan qubur adalah petinya amal |
| Engkau harus bersabar atas kengerian mati | * | Tidak ada kematian kecuali sebab adanya ajal |
وَرَوَى الدَّيْلَمِيُّ أَنَّهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَرْكُ الدُّنْيَا أَمَرُّ مِنَ الصَّبْرِ وَأَشَدُّ مِنْ حَطْمِ السُّيُوْفِ فِى سَبِيْلِ اللّٰهِ، وَلَا يَتْرُكُهَا أَحَدٌ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ مِثْلَ مَا يُعْطِي الشُّهَدَاءَ، وَتَرْكُهَا قِلَّةُ الْأَكْلِ وَالشَّبْعِ وَبُغْضُ الثَّنَاءِ مِنْ النَّاسِ، فَإِنَّهُ مَنْ أَحَبُّ الثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ أَحَبَّ الدُّنْيَا وَنَعِيْمَهَا وَمَنْ سَرَّهُ النَّعِيْمُ كُلَّ النَّعِيْمِ فَلْيَدَعِ الدُّنْيَا وَالثَّنَاءَ مِنَ النَّاسِ".
Telah meriwayatkan Imam Ad-dailimi sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda :"Meninggalkan dunia itu lebih pahit dibandingkan dengan sabar dan lebih berat dibandingkan dengan goresan pedang dalam berperang di jalan Allah, Tidak ada yang meninggalkan dunia seorangpun kecuali Allah akan memberi kepadanya pada semisal perkara yang telah diberikan kepada orang-orang yang mati syahid. Meninggalkan dunia adalah sedikit makan dan kenyang dan membenci pujian dari manusia. Sesungguhnya orang yang mencintai pujian dari manusia adalah orang yang mencintai dunia dan kenikmatannya dan orang yang telah menyenangkannya sebuah kenikmatan atas segala kenikmatan maka ia harus meninggalkan dunia dan pujian dari manusia".
وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ اللَّهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً، وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللّٰهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ".
Telah meriwayatkan Ibnu Majah Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda : "Barang siapa yang ada niatnya pada akhirat maka pasti Allah akan mengumpulkan urusannya dan Allah akan menjadikan rasa cukup dalam hatinya dan datang kepadanya dengan hina, dan barang siapa yang ada niatnya pada dunia maka pasti Allah akan memecah kepadanya segala urusannya dan pasti Allah akan menjadikan kefakirannya berada di antara dua matanya dan tidak akan datang kepadanya dari dunia kecuali perkara yang telah ditetapkan untuknya".
Bab 2 Maqolah 28 : Dua Kidung Penawar Qolbu
الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ) دَلْفِ بْنِ جَحْدَرٍ (الشِّبْلِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى) بَغْدَادِيِّ الْمَوْلِدِ وَالْمَنْشَأِ, صَحِبَ الْجُنَيْدَ وَمَنْ فِي عَصْرِهِ مَالِكِيِّ الْمَذْهَبِ عَاشَ سَبْعًا وَثَمَانِيْنَ سَنَةً وَمَاتَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَثَلَاثِينَ وَثَلَاثِمِائَةٍ وَقَبْرُهُ بِبَغْدَادٍ (وَهُوَ مِنْ عُظَمَاءِ الْعَارِفِيْنَ) بِاللّٰهِ تَعَالَى (قَالَ) فِى مُنَاجَاتِهِ (إلَهِيْ إنِّي أُحِبُّ أَنْ أَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ حَسَنَاتِيْ مَعَ فَقْرِيْ) أَيْ احْتِيَاجِيْ لِلْحَسَنَاتِ (وَضُعْفِيْ) أَيْ عَجْزِيْ عَنْ إِكْثَارِ الْعِبَادَاتِ (فَكَيْفَ لَا تُحِبُّ سَيِّدِيْ) بِحَذْفِ حَرْفِ النِّدَاءِ (أَنْ تَهَبَ لِيْ) أَيْ تَسْمَحَ لِيْ (جَمِيْعَ سَيِّئَاتِيْ مَعَ غِنَاكَ مَوْلَايَ عَنِّيْ) أَيْ عَذَابِيْ فَإِنَّ سَيِّئَاتِيْ لَا تَضُرُّكَ وَحَسَنَاتِيْ لَا تَنْفَعُكَ،
Maqolah yang ke dua puluh delapan (Dari Abu bakar) dalf bin jahdar (As-Syibli rahimahullahu Ta'ala) Bagdad kelahirannya dan tempat ia dibesarkan, Imam Syibli bersahabat dengan Imam junaid dan ulama di zamannya, maliki madhabnya. Imam Syibli hidup selama 87 tahun dan beliau mati di tahun 334 H dan kuburannya ada di bagdad (Dia adalah pembesar dari kalangan orang orang yang ma'rifat) kepada Allah Ta'ala (Telah berkata Abu Bakar As-Syibli) Dalam munajatnya (Wahai tuhanku Sesungguhnya aku ingin menghadiahkan kepadamu semua kebaikan-kebaikan saya meskipun saya fakir) Maksunya meskipun saya butuh pada kebaikan-kebaikan (Meskipun saya lemah) Maksudnya lemahnya saya dari memperbanyak ibadah (Maka bagaimana kau tidak suka wahai tuanku) Lafadz سَيِّدِيْ dengan membuang huruf nida (Menghibahkan kepadaku) Maksudnya engkau memaafkan kepadaku (Pada semua dosa-dosaku meskipun engkau tidak butuh wahai tuanku kepadaku) Maksudnya tidak butuh mengadabku, Karena sesungguhnya dosa-dosaku tidak akan membahayakanmu dan kebaikan-kebaikanku tidak bermanfaat padamu.
وَقَدْ أَجَازَنِيْ بَعْضُ الْفُضَلَاءِ أَنْ أَقْرَأَ بَعْدَ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سَبْعَ مَرَّاتٍ هَذِهِ الْأَبْيَاتِ الثَّلَاثَةَ [مِنْ بَحْرِ الْوَافِرِ] :
| وَلَا أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ | * | إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلًا |
| فَإِنّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيمِ | * | ْفَهَبْ لِي زَلَّتِيْ وَاغْفِرْ ذُنُوبِي |
| وَثَبِّتْنِيْ عَلَى النَّهْجِ الْقَوِيْمِ | * | وَعَامِلْنِي مُعَامَلَةَ الْكَرِيْمِ |
Telah mengijazahkan kepadaku sebagian dari para ulama supaya saya membaca sesudah sholat jum'at tujuh kali tiga bait ini [dari bahar wafir]
| Wahai tuhanku tidaklah aku untuk surga firdaus sebagai orang yang layak | * | Dan aku tidak kuat pada neraka jahim |
| Semoga engkau membebaskan untukku kesalahanku dan semoga engkau mengampuni dosa-dosaku | * | Maka sesungguhnya engkau adalah dzat yang mengampuni dosa yang besar. |
| Semoga engkau memperlakukan aku dengan amalan-amalan yang mulia | * | Dan semoga engkau menetapkanku pada manhaj yang lurus |
(حِكَايَةٌ) قَدِمَ الشِّبْلِيُّ عَلَى ابْنِ مُجَاهِدٍ فَعَانَقَهُ ابْنُ مُجَاهِدٍ وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ فَسُئِلَ عَنْ ذٰلِكَ، فَقَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى النَّوْمِ وَقَدْ أَقْبَلَ الشِّبْلِيُّ، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلَيْهِ وَقَبَّلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ أَتَفْعَلُ هَذَا بِالشِّبْلِيِّ؟ قَالَ نَعَمْ إنَّهُ لَمْ يُصَلِّ فَرِيْضَةً إلَّا وَهُوَ يَقْرَأُ خَلْفَهَا {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ} إِلَى آخِرِ الْآيَتَيْنِ, وَيَقُوْلُ: صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ، فَسَأَلْتُ الشِّبْلِيَّ عَمَّا يَقُوْلُهُ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَكَرَ مِثْلَهُ.
(Kisah) Telah menghadap Imam Syibli kepada Ibnu Mujahid kemudian Ibnu mujahid merangkul Imam syibli kemudian ia mengecup di antara dua matanya Imam Syibli kemudian Ibnu Mujahid ditanya tentang perbuatannya maka Ibnu mujahid menjawab : Aku melihat Nabi dalam mimpi. Sungguh telah menghadap Imam Syibli kemudian berdiri Nabi di hadapan Imam Syibli kemudian Nabi mengecup di antara dua mata Imam Syibli, kemudian saya berkata : Wahai Rasulullah kenapa engkau melakukan ini kepada Imam Syibli ? maka Nabi bersabda ya sesungguhnya Abu bakar As-Syibli tidaklah ia menunaikan sholat yang fardhu kecuali ia membaca sesudah sholat {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ} sampai akhir dua ayat,kemudian ia membaca : صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. Kemudian aku bertanya kepada Imam Syibli tentang perkara yang selalu ia baca sesudah sholat maka bercerita Imam Syibli tentang hal semisal itu.
Bab 2 Maqolah 29 : Dua Nasihat Asy-Syilbi (Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah)
الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْعِشْرُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَسْتَأْنِسَ بِاللّٰهِ) أَيْ يَسْكُنَ قَلْبُكَ مَعَ اللّٰهِ وَلَا يَنْفِرَ مِنْهُ (فَاسْتَوْحِشْ مِنْ نَفْسِكَ) أَيْ فَاقْطَعْ مَوَدَّاتِ نَفْسِكَ.
Maqolah yang ke dua puluh sembilan (Telah berkata) Maksudnya Imam Syibli (Ketika kamu ingin menjadi tenang bersama Allah) Maksudnya menjadi tenang hatimu bersama Allah dan tidak kabur hatimu dari Allah (Maka bercerailah kamu dari nafsumu) Maksudnya kamu harus memutuskan yang menjadi kesenangan nafsumu.
سُئِلَ الشِّبْلِيُّ بَعْدَ مَوْتِهِ عَنْ حَالِهِ فِى الْمَنَامِ، فَقَالَ: قَالَ اللّٰهُ لِيْ:يَا أَبَا بَكْرٍ أَتَدْرِى بِمَ غَفَرْتُ لَكَ؟، قُلْتُ بِصَالِحِ عَمَلِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ: بِإِخْلَاصِ عُبُودِيَّتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِحَجِّيْ وَصَوْمِيْ وَصَلَاتِيْ، قَالَ: لَا. قُلْتُ بِهِجْرَتِيْ لِلصَّالِحِيْنَ وَلِطَلَبِ الْعِلْمِ قَالَ : لَا . قُلْتُ: إلَهِي فَبِمَ؟، فَقَالَ تَعَالَى: أَتَذْكُرُ حِيْنَ كُنْتَ تَمْشِى فِي دَرْبِ بَغْدَادَ فَوَجَدْتَ هِرَّةً صَغِيرَةً قَدْ أَضْعَفَهَا الْبَرْدُ وَهِيَ تَنْزَوِيْ مِنْ شِدَّتِهِ فَأَخَذْتَهَا رَحْمَةً لَهَا وَأَدْخَلْتَهَا فِى فَرْوٍ كَانَ عَلَيْكَ وِقَايَةً لَهَا، فَقُلْتُ: نَعَمْ. فَقَالَ تَعَالَى بِرَحْمَتِك لِتِلْكَ الْهِرَّةِ رَحِمْتُكَ.
Ditanya Imam Syibli sesudah beliau meninggal tentang keadaannya dalam mimpi, Kemudian Imam Syibli berkata : Telah berfirman Allah kepadaku :"Wahai Abu bakar apakah kamu tau sebab apa aku mengampunimu ?" Aku menjawab : "Sebab kesholehan amalku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Sebab ikhlasnya ibadahku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Sebab Ibadah hajiku ibadah puasaku dan sholatku", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Karna hijrahnya aku untuk mengunjungi orang-orang sholeh dan untuk mencari ilmu", Allah menjawab : "Bukan". Aku berkata : "Wahai tuhanku sebab apa ?" Maka berfirman Allah Ta'ala : "Apakah kamu tidak ingat pada saat kamu berjalan di jalan kota baghdad kemudian kamu menemukan seekor kucing yang masih kecil benar-benar telah melemahkannya rasa dingin dan kucing itu menggigil sebab sangat kedinginan maka engkau mengambilnya karena kasihan padanya dan kamu memasukkannya ke dalam kain woll yang ada padamu karena menjaganya dari kedinginan". Kemudian aku menjawab : "Iya", kemudian berfirman Allah Ta'ala : "Sebab rasa sayangmu pada kucing maka aku menyayangimu".
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 30 : Dua Kenikmatan
الْمَقَالَةُ الثَّلَاثُوْنَ (قَالَ) أَيْ الشِّبْلِيُّ (لَوْ ذُقْتُمْ حَلَاوَةَ الْوُصْلَةِ) أَيْ الْقُرْبِ مَعَ اللّٰهِ تَعَالَى (لَعَرَفْتُمْ مَرَارَةَ الْقَطِيْعَةِ) أَيْ الْبُعْدِ عَنْهُ تَعَالَى، فَإِنَّهُ عَذَابٌ عَظِيْمٌ عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى. وَكَانَ مِنْ دُعَائِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللّٰهُمَّ اُرْزُقْنِيْ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَالشَّوْقِ إِلَى لِقَائِكَ".
Maqolah yang ke tiga puluh (Telah berkata) Maksudnya Imam As-Syibli (Jika kalian mencicipi manisnya wushul) Maksudnya dekat dengan Allah (Pasti kalian akan mengetahui pahitnya terputus) Maksudnya jauh dari Allah Ta'ala, Karena sesungguhnya terputus dari Allah adalah adab yang sangat besar menurut wali-wali Allah Ta'ala. Ada dari sebagian doa-doa Nabi ﷺ : "Ya Allah semoga Engkau memberikan rizqi kepadaku nikmatnya memandang pada dzatmu yang mulia dan nikmatnya rindu untuk bertemu kepadamu".(*)
Source: https://lilmuslimin.com/terjemah-kitab-nashoihul-ibad-bab-2/?page=10Editor: Imam Edi Siswanto



Tidak ada komentar:
Posting Komentar